“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” (Luk. 10:36)
Fratelli tutti artinya “semua orang adalah saudara.” Itulah pegangan yang dibuat oleh Fransiskus Assisi untuk para biarawannya. Paus Fransiskus menjadikannya ensiklik ketiga dengan subjudul “Tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial” (3 Oktober 2020). Bagi Paus, penyembahan yang tulus dan rendah hati kepada Tuhan “menghasilkan buah bukan dalam bentuk diskriminasi, kebencian, dan kekerasan, melainkan dalam menghormati kesucian hidup.” Namun, sayangnya, tidak mudah memperlakukan semua orang sebagai saudara kita sebab hal itu sering kali sangat berisiko.
Perumpamaan orang Samaria yang murah hati memperlihatkan bagaimana seorang imam dan Lewi, yang menurut standar Yahudi adalah seorang yang dipandang “baik,” justru bersikap sebaliknya. Mereka tidak ingin mengambil risiko dengan menolong sang korban. Mereka takut mengorbankan ritual, kesucian, dan keselamatan mereka. Sebaliknya, orang Samaria, yang sering kali dicap sebagai orang yang “tidak baik” dan bukan bagian masyarakat, malah yang terbukti mau mengambil risiko dan menunjukkan belas kasihnya.
Perumpamaan itu membalik standar “orang baik” itu sendiri dan siapa saja yang menjadi bagian komunitas. Bagi Yesus, hal itu bukan berdasarkan pada hal-hal lahiriah, seperti suku, jabatan, ataupun ketaatan ritual, melainkan dalam menunjukkan belas kasih yang tanpa batas, serta berani menanggung risiko dari tindakan tersebut. Siapkah kita? [Ibu Yessy Sutama]
REFLEKSI:
Menjadi sesama berarti siap menunjukkan belas kasih bagi setiap orang.
Ayat Pendukung: Amos 7:7-17; Mzm. 82; Kol. 1:1-14; Luk. 10:25-37
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.