Kata-Nya kepada mereka, “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga … Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (Luk. 24:46,48)
Kematian orang terdekat bukanlah sesuatu yang mudah diterima. Kita dapat menghapus air mata dan berusaha tersenyum di depan banyak orang. Akan tetapi, kita tidak dapat menghapus rasa kehilangan kita begitu saja. Hal itu juga yang dialami para murid ketika Kristus mati karena disalibkan. Tentu tidak mudah bagi para murid untuk mencerna peristiwa kematian Kristus. Mereka tahu Kristus tidak bersalah, tetapi Ia harus menerima hukuman seperti penjahat. Mereka juga mengira Kristus akan meninggalkan mereka untuk selamanya.
Kematian Kristus saja sulit dimengerti, terlebih lagi kebangkitan-Nya. Para murid tengah berduka ketika Kristus menampakkan diri di hadapan mereka. Peristiwa ini tentu sulit dipercaya. Namun, di dalam kebingungan dan kekacauan perasaan mereka, Kristus hadir untuk membuat mereka mengerti bahwa apa yang terjadi pada-Nya adalah bagian dari rencana Allah dan karya keselamatan-Nya bagi dunia. Bukan hanya itu, mereka semua adalah saksi kebangkitan- Nya. Mereka dipercaya untuk bersaksi dan mereka tidak ditinggalkan sendiri. Mereka akan diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi.
Sebagai orang percaya, kita diutus menjadi saksi kebangkitan Kristus dan karya keselamatan dari Allah. Ada banyak hal yang mungkin belum dapat kita mengerti dan kita perlu terus belajar. Namun, kita selalu disertai dan diperlengkapi dengan kuasa untuk bersaksi. [Pdt. Agetta Putri Awijaya]
REFLEKSI:
Sebagai saksi kebangkitan, kita tidak pernah ditinggalkan sendirian dan kita diperlengkapi dengan kuasa dari Allah.
Ayat Pendukung: Kis. 1:1-11; Mzm. 93; Ef. 1:15-23; Luk. 24:44-53
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.