Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias. (Kis. 9:22)
“Mereka yang tidak pernah mengubah pikirannya, tidak akan pernah mengubah apa pun.” Kata-kata ini telah lama dipercaya diungkapkan oleh Winston Churchill. Namun, sesungguhnya, kata-kata tersebut adalah milik George Bernard Shaw, seorang penulis Irlandia. Dengan itu, Shaw hendak menyampaikan bahwa seorang pemimpin harus berani belajar tentang hal-hal baru yang tidak mereka ketahui sebelumnya.
Ungkapan ini terjadi pada diri Paulus. Setelah ia mengalami perjumpaan dengan Yesus, ia memutuskan untuk berhenti menganiaya para pengikut-Nya dan mulai memberitakan Injil. Keputusannya untuk bertobat dan mengubah pikiran ini memang menempatkan Paulus pada situasi yang tidak mudah. Orang Yahudi berencana membunuhnya dan tidak semua murid menerimanya. Ia sampai harus dilarikan ke luar kota dengan dimasukkan ke dalam sebuah keranjang secara diam- diam. Namun, kita dapat melihat bahwa keberaniannya untuk mengubah pikiran membawa Rasul Paulus kepada panggilan hidup yang agung, yang dipercayakan oleh Tuhan sendiri.
Mungkin kita sering salah menduga bahwa orang-orang hebat yang mengubah dunia adalah mereka yang selalu benar dan tidak pernah mengubah pendiriannya. Namun, ternyata, tidak selamanya demikian. Sesungguhnya, perubahan ke arah yang lebih baik selalu dimulai dari kesediaan mengubah pikiran, melihat dari sudut pandang yang berbeda serta mengakui kesalahan. [Pdt. Agetta Putri Awijaya]
REFLEKSI:
Keberanian mengubah pikiran dapat menuntun kita kepada panggilan hidup yang dipercayakan oleh Tuhan sendiri.
Ayat Pendukung: Mzm. 121; Yeh. 1:1-25; Kis. 9:19b-31
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.