Hidup untuk makan atau makan untuk hidup. Pilihan kita akan menentukan prioritas kita; perut atau kehidupan? Makan adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Tidak terpenuhinya kebutuhan makan akan berakibatkan kematian. Sedemikian pentingnya kebutuhan ini, sering kali membuat orang menjadi serakah untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Keserakahan menjadi pintu masuk untuk melakukan kejahatan lainnya. Sikap serakah akan membuat seseorang tidak peduli akan kondisi dan kebutuhan orang lain. Sikap serakah akan mendorong seseorang melakukan penindasan, perampasan dan dosa lainnya. Paulus menuliskan perut orang rakus adalah Tuhan artinya segala tindakan dan keputusannya dikendalikan oleh pemenuhan perut bahkan ketika perut itu sudah terisi pun, orang serakah akan terus berupaya memasukan segala sesuatunya demi dirinya sendiri. Celakanya tindakan ini tidak dilihat sebagai tindakan yang berbahaya karena ia sibuk dengan perutnya. Manusia bukan saja bisa mati karena kelaparan namun juga bisa mati karena kekenyangan.
Keserakahan di sini bukan saja tertuju soal makan minum namun dalam segala hal. Orang serakah adalah orang yang tidak dapat hidup dalam rasa cukup. Ia selalu memiliki lubang yang perlu diisi oleh banyak hal bukan karena kebutuhan, tapi karena dia ingin atau karena dia tidak rela berbagi dengan orang lain. Demikianlah sikap serakah dapat merusak kehidupan bersama yang dianugerahi Allah.
Percaya akan pemeliharaan Tuhan, mengelola yang ada dengan rasa cukup, menyadari kebutuhan orang lain dan menjaga keseimbangan hidup bersama ciptaan lainnya, adalah cara kita untuk melawan sikap serakah. Membuka mata dan menyadari bahwa hidup tidak berpusat pada diri kita saja akan mengarahkan diri kita menjadi berkat bagi sesama dan bukan terjerumus dalam sikap serakah, penuh kerakusan.
dva
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.