Hidup Yang Berjahit

Hidup Yang Berjahit

Belum ada komentar 8 Views

Hidup yang berjahit adalah: inkonsistensi etika kehidupan yang mewujud dalam perilaku yang tentu juga inkonsisten. Karena bentuknya adalah inkonsistensi, maka kehidupan semacam ini lalu menjadi sebuah kehidupan yang nampak tidak utuh, terkoyak atau bahkan tercabik dan karena itu perlu dijahit agar setidaknya menjadi lebih utuh.

Dalam bacaan kita hari ini, ‘hidup yang berjahit’ ini nampak dalam diri orang-orang yang menyambut Yesus. Mereka mengharapkan agar Yesus segera membebaskan mereka dari penindasan Roma. Namun ketika Yesus tidak memenuhi harapan mereka, maka mereka justru menindas Yesus dan menyalibkan-Nya.

Dalam kehidupan masa kini, ‘hidup yang berjahit’ itu juga bisa menjadi kehidupan kita. Kita memperjuangkan kebebasan beragama tetapi kita menolak keberadaan agama tertentu. Kita memperjuangkan kehidupan tetapi senang ketika para teroris dihukum mati. Pada dasarnya ‘hidup yang berjahit’ itu selalu bisa muncul dalam diri siapapun, sepanjang kehidupan itu selalu kita lihat hanya dari sisi kita dan bukan dari sisi sesama kita.

Kebalikan dari ‘hidup yang berjahit’ adalah ‘hidup yang tak berjahit’. Hidup yang utuh dan penuh, ada konsistensi etika kehidupan. Karena utuh dan penuh maka tak perlu dijahit. Inilah hidup Yesus. Yesus selalu konsisten dengan kasih-Nya yang bermuara pada salib-Nya. Ketika Ia masuk Yerusalem dan disambut orang banyak, sesungguhnya ini merupakan kesempatan bagi-Nya untuk keluar dari jalan salib. Menjadi pahlawan, mengusir Roma dan menjadi raja! Tetapi Yesus tetap konsisten dengan jalan salibNya. Apakah Yesus tidak pernah memandang hidup dari sisi diri-Nya? Tentu pernah, salah satu contoh di taman Getsemani. Ia berdoa, jika boleh biarlah cawan (salib) itu lalu. Namun pada akhirnya Ia tetap melihat hidup bukan hanya dari sisi diriNya tetapi dari sisi Bapa-Nya dan manusia yang amat dicintai-Nya. Karena itulah Ia berkata: “Jangan kehendak-Ku tetapi kehendak-Mu yang jadi”.

Hidup Yesus lalu menjadi patron buat hidup kita yang kadang terkoyak. Mari menjahit hidup kita sehingga setidaknya menjadi lebih utuh dengan patron hidup Yesus. Biarlah kita berkata bersama Paulus: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Gal. 2:20 a).

[RDj]

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • MEJA PERJAMUAN: PERAYAAN KASIH DAN PEMULIHAN
    Yesaya 25:6-9; Mazmur 114; 1 Korintus 5:6b-8; Lukas 24:13-49
    Perjamuan Kudus bukanlah sekadar makan dan minum namun perayaan iman yang terus menerus kita lakukan agar kita mengingat bagaimana...
  • Dl TAMAN GETSEMANI
    Yesaya 50:4-9a; Mazmur 31:10-17; Filipi 2:5-11; Lukas 22:14-23:56
    Bacaan injil minggu ini cukup panjang, Lukas 22:14-23:56 (umat silakan membaca bacaan ini secara lengkap di rumah) dengan mengambil...
  • MENGUTAMAKAN YANG UTAMA
    Yesaya 43:16-21; Mazmur 126; Filipi 3:4b-14; Yohanes 12:1-8
    Banyak tanggung jawab yang kita pikul dalam hidup ini. Tanggung jawab moral, ekonomi, sosial, pendidikan dan banyak lagi. Peran...
  • Aku Pulang
    Lukas 15:1-3, 11b-32
    Kisah anak yang hilang dalam Lukas 15 adalah cermin dari perjalanan spiritual kita. Seperti anak bungsu yang meninggalkan rumah...
  • MEMELIHARA KESETIAAN DI SETIAP MUSIM KEHIDUPAN
    Yesaya 55:1-9; Mazmur 63:1-8; 1 Korintus 10:1-13; Lukas 13:1-9
    Yesaya 55:1-9 mengajak kita kepada sebuah perjamuan ilahi, sebuah undangan yang penuh kasih dari Tuhan. Dalam setiap musim kehidupan,...