Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. (Mzm. 22:2)
“Di manakah Allah saat aku kesulitan?” adalah pertanyaan yang mungkin muncul ketika kita mengalami pergumulan berat. Mungkin juga bukan hanya mempertanyakan keberadaan Allah dan sebab munculnya penderitaan, tetapi bahkan meragukan Allah.
Pemazmur mengalami kesesakan yang hebat, sehingga ia pun mempertanyakan keberadaan Allah. Ia merasa Allah meninggalkannya, jauh darinya dan tidak menolongnya; Allah tidak menjawabnya. Pemazmur pun merasa putus asa dalam penderitaannya. Namun demikian, pemazmur mengingat karya Allah di masa lampau. Ia mengingat bahwa Allah telah menyelamatkan nenek moyangnya. Mengingat perbuatan Allah itu, membangkitkan kepercayaan dan pengharapan pemazmur akan pertolongan Allah (ay. 12, 20-22). Ia percaya dan berharap bahwa meskipun Allah tampak diam, tetapi Allah akan menolongnya. Kasih setia Allah di masa lampau menjadi dasar pengharapan dan keyakinan pemazmur.
Dalam kehidupan ini, pergumulan datang silih ganti, terkadang beruntun seolah tiada putus. Menghadapi situasi demikian, pemazmur mengajak kita untuk menyadari keberadaan Allah, meyakini dan berharap bahwa Allah sanggup dan berkenan menolong kita. Selain menyadari kehadiran-Nya, kita pun patut mengingat segala karya dan kasih setia-Nya di masa lampau. Ingatan akan kasih setia Allah itu, akan memberi kekuatan untuk bertahan, membangkitkan pengharapan, bahkan mampu bersyukur di tengah pergumulan. [Pdt. Hobert V.G. Ospara]
DOA:
Ya Allah, tolonglah kami untuk menyadari kehadiran-Mu dan mengingat kasih setia-Mu di tengah pergumulan hidup kami. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 22:2-16; Ayb. 17:1-16; Ibr. 3:7-19
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.