“Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.” (Luk. 7:35)
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bebal diartikan sebagai sukar mengerti; tidak cepat menanggapi sesuatu; bodoh. Namun, apakah bebal seperti itu yang tampak di dalam bacaan kita hari ini? Apakah Yesus mengecam orang banyak bebal, semata-mata karena sikap mereka yang sukar mengerti? Tampaknya lebih dari itu.
Lukas 7:31-35 merupakan kelanjutan dari tanggapan Yesus tentang Yohanes Pembaptis. Di hadapan orang banyak, Yesus mengapresiasi Yohanes Pembaptis, sekaligus mempertanyakan cara pandang masyarakat pada saat itu, khususnya orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus menggambarkan mereka seumpama anak-anak yang bersikap masa bodoh, tetapi di saat yang lain mencemooh. Yesus heran dengan sikap mereka yang bebal. Bebal yang dimaksud di sini adalah keengganan untuk membuka pikiran, yang akhirnya membuat mereka menolak segala sesuatu yang baru dan menganggapnya sebagai ancaman. Mereka bangga dengan pemikiran mereka yang sempit, kaku dan monoton. Celakanya, mereka merasa bahwa pemikiran merekalah yang benar.
Disadari atau tidak, sikap bebal juga kadang menghinggapi kita. Kita menolak pemahaman-pemahaman baru karena kita merasa terlalu lekat dengan pemahaman lama kita. Padahal, pemahaman lama yang kita pegang belum tentu benar dan belum tentu sesuai dengan konteks saat ini. Marilah kita membuka pikiran kita agar senantiasa diperbarui oleh Allah. [Pdt. Tunggul Barkat]
REFLEKSI:
Kesediaan diri untuk membuka pikiran dan menyambut kebaruan merupakan langkah terbaik agar kita terhindar dari kebebalan.
Ayat Pendukung: Mzm. 142; Am. 9:11-15; Luk. 7:31-35
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.