Kalau ada seorang benar-benar yakin, bahwa ia adalah milik Kristus, hendaklah ia berpikir di dalam hatinya, bahwa kami juga adalah milik Kristus sama seperti dia. (2Kor. 10:7)
Eksklusivisme merupakan paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari yang lain. Di dalam kehidupan rohani pun eksklusivisme kerap muncul. Misalnya, menganggap bahwa hanya kita yang diselamatkan, sementara orang lain tidak diselamatkan. Padahal, anugerah keselamatan dari Allah berlaku untuk seluruh ciptaan. Atau, contoh lain, menganggap bahwa kita adalah milik Kristus, sementara orang lain entah milik siapa.
Kecenderungan eksklusivisme juga muncul di dalam kehidupan jemaat Korintus. Banyak di antara mereka yang menciptakan sekat-sekat pemisah berdasarkan standar tertentu. Eksklusivisme yang berkembang di jemaat Korintus tersebut, pada akhirnya, melanggengkan kesombongan- kesombongan rohani. Kristus yang sejatinya adalah pemilik seluruh jemaat, oleh sebagian orang justru digambarkan sebagai pemilik beberapa anggota jemaat saja. Status sosial dan status keagamaan merupakan dua alasan utama terciptanya sekat-sekat di dalam kehidupan jemaat. Paulus meluruskan persoalan tersebut dengan menyatakan bahwa semua orang adalah milik Kristus.
Kristus merengkuh segala sesuatu karena Ia merupakan perwujudan dari cinta Allah yang menyeluruh dan tidak terbatas. Kristus mencintai tanpa memandang latar belakang, status, jabatan atau pun banyaknya pelayanan yang kita lakukan. Ia mencintai tanpa ada sekat. Bagaimana dengan kita? [Pdt. Tunggul Barkat]
REFLEKSI:
Jika Allah menciptakan semesta maka Ia adalah Pemilik segalanya, termasuk kita yang adalah bagian kecil dari milik-Nya.
Ayat Pendukung: Mzm. 123; Yer. 7:16-26; 2Kor. 10:7-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.