Lima Roti dan Dua Ikan adalah salah satu kisah mukjizat Yesus yang terkenal. Kisah ini termuat dalam keempat Injil. Di Injil Yohanes orang banyak ingin menjadikan Yesus sebagai Raja setelah Yesus memberi mereka roti hingga kenyang. Hal ini lah yang kemudian membuat Yesus justru menyingkir dari kerumunan orang itu. ‘Aneh’ ya? Bukankah hal semacam ini yang justru dilakukan banyak pemimpin negeri saat ini? Ketika kampanye, mereka memberikan banyak hal kepada calon rakyat yang akan mereka pimpin. Membagikan makanan, pakaian dengan logo partai dan muka mereka dan banyak hal lain yang menuntut mereka merogoh kocek tak sedikit demi mendapatkan dukungan dari banyak orang. Sementara Yesus, ketika orang banyak ingin menjadikan Ia raja, justru Ia menghindar.
Mengapa itu yang Yesus lakukan? Jawabannya hanya satu. Karena memang bukan itu yang Yesus inginkan. Yesus memberi makan banyak orang, menyembuhkan orang sakit, ‘menyelamatkan’ sebuah upacara pernikahan di Kana, dan segala karya lainnya, bukan karena Ia ingin menjadi raja sebagaimana yang orang banyak pada saat itu pikirkan. Bahkan, Yesus tidak ingin orang banyak mengikuti Dia hanya demi mendapatkan mukjizat namun tidak benar-benar mengenal dan menerima Dia. Inilah yang menjadi penekanan kisah Lima Roti dan Dua Ikan yang tertulis di injil Yohanes. Berbeda dengan itu, Matius menekankan hal yang lain, yaitu tentang iman dan belas kasihan.
Ketika Yesus mengetahui orang banyak itu, tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan. Yang mengagetkan adalah responNya atas permintaan para murid yang memintaNya menyuruh orang banyak itu untuk pergi membeli makanan: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” Kalau saya jadi murid, saya mungkin akan berkata, “Yang bener aja Tuhan? Uang dari mana ngasih makan orang sebanyak itu? Warteg mana yang bisa bungkus makanan sebanyak itu? Gimana bawanya ke sini? Perlu berapa mobil pickup?” dan segala pertanyaan teknis logis lainnya. Tetapi para murid mengatakan hal lain, “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” Saya membayangkan apa yang ada di pikiran para murid ketika mengatakan itu. Apakah mereka berpikir, “nih, cuman segini, mana mungkin cukup? Bukan kita ber tiga belas (Yesus dan kedua belas murid) aja gak akan kenyang, gimana untuk orang sebanyak ini?” atau sebaliknya, ada perasaan optimis dan berserah kepada Tuhan yang mereka yakini tidak akan tinggal diam? Tak ada tertulis secara detail di dalam kisah, kita hanya bisa menerka-nerka. Yang pasti, belas kasihan Yesus, belas kasihan pemilik lima roti dan dua ikan itu, membuat orang banyak menjadi kenyang, bahkan bersisa dua belas bakul penuh.
Satu hal yang menarik dan menjadi benang merah dari setiap karya Yesus selama di dunia, yaitu belas kasihan. Yesus melakukan mukjizat bukan agar dipandang hebat, menarik perhatian, dan menghimpun kekaguman banyak orang, tapi Ia melakukan nya dengan dasar kasih dan belas kasihan kepada orang lain. Menjadi permenungan kita bersama. Apa yang mendorong kita untuk melakukan sesuatu? Entah itu keputusan besar, maupun tindakan kecil. Mengapa kita melayani, apa yang mendasari tindakan pelayanan kita? Ketika kita ikut kegiatan aksi sosial di gereja atau di mana pun, apa yang menjadi intensi kita? Kita perlu menjawabnya secara jujur di hadapan Allah, dan izinkanlah RohNya yang kudus meluruskan dan memperbaiki motivasi hati yang mungkin keliru. Tuhan memberkati kita. ASC
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.