Jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung; jerat itu telah putus, dan kitapun terluput! (Mzm. 124:7)
Terluput dari bahaya. Ungkapan ini menunjukkan keadaan orang yang hampir saja celaka, tetapi luput sehingga ia selamat. Misalnya, seorang ibu yang hendak menyeberang jalan, nyaris terserempet motor yang melaju kencang. Bersyukur ada seorang penyeberang jalan lainnya yang menarik tangan ibu ini ke pinggir jalan sehingga ia terluput. Ia pun selamat.
Pemazmur merasakan pertolongan Tuhan yang luar biasa dalam hidupnya sehingga ia terluput dari bahaya. Pemazmur menggambarkan keadaan terluput ini seperti burung – kata yang digunakan di sini menunjukkan burung pipit – yang terluput dari jerat penangkap burung. Pemazmur menyadari bahwa musuh-musuh itu licik dan penuh kebencian. Mereka membentangkan perangkap bagi umat Allah, supaya umat Allah terjatuh ke dalam dosa dan malapetaka, lalu menahan mereka di situ. Adakalanya, musuh tampak berhasil mencapai tujuan mereka mencelakai umat Tuhan; umat Tuhan terjebak di dalam perangkap sama seperti burung yang tidak berdaya, mereka tidak mampu membebaskan diri. Pada saat itulah, Allah tampil membebaskan umat-Nya. Allah memutuskan jerat musuh. Allah meluputkan umat-Nya. Allah menyelamatkan umat-Nya sehingga mempermalukan musuh mereka.
Tuhan Allah kita selalu siap sedia menolong kita; selalu siap sedia menyelamatkan kita. Maka, jangan lagi takut dan gentar terhadap persoalan hidup, melainkan andalkanlah Tuhan. [Pdt. Eko Priliadona Susetyo]
DOA:
Engkaulah pertolongan kami ya, Tuhan, kepada-Mu kami berharap.
Ayat Pendukung: Mzm. 124; Kej. 50:15-26; Mat. 16:5-12
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.