“Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu.” (Kej. 27:40)
“Sudah jatuh tertimpa tangga.” Pernah mendengar peribahasa itu? Peribahasa tersebut menunjuk kepada orang yang terus- menerus mengalami musibah atau sesuatu yang buruk. Esau adalah contoh orang yang mengalami musibah beruntun. Dahulu, ia menganggap remeh hak kesulungannya. Demi semangkuk kacang merah, ia menyerahkan hak kesulungannya kepada adiknya, Yakub. Kini, ia pun harus merelakan berkat kesulungannya diberikan ayahnya kepada Yakub. Bagi bangsa Israel, berkat kesulungan ini penting, sebab dalam berkat tersebut terkandung jaminan bahwa Allah akan memelihara dan melindungi kehidupan orang-orang yang diberkati-Nya.
Ketika Esau mengetahui bahwa Yakub telah mencuri berkat kesulungan dari dirinya, Esau meratap. Kini yang terbayang dalam benaknya ialah sebuah masa depan yang suram, keras dan sulit. Mendengar ratapan Esau, Ishak berkata: “Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu” (Kej. 27:40).
Bagi Ishak, berkat kesulungan bukan segala-galanya; keberhasilan seseorang tidak ditentukan oleh berkat kesulungan, tetapi kerja keras dan rasa syukur. Untuk dapat berhasil yang penting adalah mau bekerja keras dan setia. Jika kita mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan berlaku setia, serta senantiasa menuruti kehendak Tuhan, maka niscaya segala yang kita lakukan akan berhasil. [Pdt. Eko Priliadona Susetyo]
REFLEKSI:
Kesulitan bukanlah alasan bagi kita untuk menyerah. Dengan terus berusaha dan mengandalkan Tuhan, segala kesulitan pasti akan mampu diatasi.
Ayat Pendukung: Kid. 2:8-13; Kej. 27:30-46; Rm. 1:18-25
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.