Dua puluh dua tahun yang lalu, sebuah mobil menabrak motor saya. seorang teman menelepon saya dan spontan bertanya, “ada dosa apa kamu, Ri?” saya ingin segera menutup teleponnya. Pernyataannya sama sekali tidak bermanfaat buat perjalanan spiritualitas saya secara positif, karena menambah sakit kaki saya yang remuk. namun pertanyaan teman saya itulah yang justru membuat saya ingin segera membuktikan, “Bukan karena saya berdosa, melainkan karena ada sesuatu yang tuhan ingin pesankan buat saya secara personal.”
Setelah peristiwa itu berlalu, rupanya sebuah perubahan terjadi dalam hidup saya. Awalnya, ketika saya masuk sekolah teologi, saya bertekad untuk tidak menjadi pendeta. “Apa pun yang Tuhan mau, saya akan lakukan, asal tidak menjadi pendeta.” Namun setelah peristiwa yang hampir merenggut nyawa saya itu, saya menyerahkan hidup saya ke dalam tangan Tuhan yang memberi hidup.
Galatia 2:20 berkata, “Namun aku hidup, tetapi bukan aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku…” Ayat inilah yang membuat saya beranjak mengambil keputusan untuk menerima tawaran menjadi pendeta di GKI PI 20 tahun yang lalu.
Pengalaman perjumpaan saya dengan Tuhan yang menyelamatkan, memang sudah terjadi sejak orangtua saya berulang-ulang mengatakan bahwa Dia sangat baik dalam hidup kita. Namun Tuhan mengizinkan saya memahami lebih dalam lagi arti sebuah keselamatan dengan cara-Nya sendiri yang menyelamatkan hidup saya dari kecelakaan motor di sebuah jalan raya, di mana banyak bus lintas kota simpang siur melewatinya.
The Encounter
Sebuah pertemuan atau perjumpaan terjadi antara Tuhan yang mencintai saya, dengan saya yang sangat terbatas dan penuh kelemahan ini. The Encounter juga dialami oleh banyak orang percaya di sepanjang zaman dan tempat. Setelah Yesus bangkit, Yesus berjumpa murid-murid-Nya di Emaus. Dia juga menjumpai Maria dan perempuan-perempuan lainnya yang mencoba menengok kubur-Nya. Dia juga menjumpai Tomas sambil menunjukkan kedua tangan-Nya yang kena paku. Bahkan Dia juga menjumpai Paulus dalam per jalanannya ke Damsyik saat ia ber tekad membunuh para pengikut-Nya.
Biasanya perjumpaan yang dialami oleh orang-orang percaya membawa pada perubahan hidup yang drastis. Ada yang menangis sambil memperjelas tekad dan komitmennya, ada yang berniat membunuh tapi akhirnya menyesalinya, ada yang putus harap dan berubah jadi berpengharapan, ada yang tidak bersemangat, lalu hidup penuh makna dan menjadi berkat.
The Encounter bisa juga dialami oleh anak, remaja, bahkan lanjut usia. Itu berarti, Tuhan bisa datang kepada siapa pun, menyapa, mengubah, memberi semangat, bahkan menggerakkan seseorang untuk bekerja bagi-Nya.
Masalahnya, bagaimana seseorang bisa mengalami perjumpaan dalam hidupnya dengan Tuhan yang mencintai-Nya? Kita dapat berdoa dan memohon agar Tuhan menyentuh hati orang-orang yang kita jumpai atau yang kita cintai. Dalam Masa Raya Paska 2020 ini, GKI PI mengambil tema The Encounter, dengan harapan bahwa warga jemaat mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi, bukan hanya selama masa Raya Paska ini, melainkan juga dalam kehidupan kita, babak demi babak, bahkan perjumpaan itu berdampak dalam hidup sesama. Entah pada masa lalu, kini, maupun yang akan datang. Tuhan memberkati!•
|| Pdt. Riani Josaphine
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.