Dikotomi kotor-bersih, duniawi-rohani, dan dosa-suci, melahirkan pelbagai persoalan serius dalam kehidupan umat percaya. Katakanlah sebagai contoh di sebuah gereja ada pandangan bahwa uang itu kotor. Karena pandangan itu, pendeta dilarang mengurusi masalah keuangan. Pendeta harus menjaga kekudusannya dan menjauhi ikut dalam pelayanan keuangan. Bukankah persembahan uang dan benda dari umat perlu dikelola demi tujuan teologis yang suci dan kudus yang tidak hanya dikelola dengan standar ekonomi tertentu saja? Bukankah uang dan benda itu alat untuk melayani dan memberkati?
Di lain tempat, ada orang yang memandang bahwa pelayanan di gereja harus lurus dan bersih, tetapi para pelayannya disinyalir menghidupi bisnis yang kotor, tipu-tipu, dan penuh dengan kejahatan. Dikotomi ini melahirkan sekat yang lucu dan aneh. Bahkan ada yang menganggap hari Minggu adalah hari kudus dan hari lain adalah hari kotor. Wow sekali, bukan?
Kekristenan memahami bahwa kehidupan di mana pun dan kapan pun adalah “biara” yang sejati. Justru tantangan terbesar keberimanan adalah tetap kudus dalam hidup di dunia. Hidup dalam bangunan biara akan sangat mudah untuk menjaga kekudusan. Tapi membuat dunia ini adalah biara iman adalah hal yang penuh perjuangan. Menjaga integritas iman dalam keseharian adalah tantangan berat umat beriman, bukan mendikotomikan banyak hal dan memberi ruang bagi tempat tertentu disebut kotor dan ruang lain disebut bersih.
Di minggu Adven Pertama ini kita diingatkan untuk membiarakan kehidupan dalam kekudusan. Bagaimana menghidupi kekudusan dalam keluarga, tempat kerja, gereja, dan masyarakat kita. Setiap harimu adalah hari kudus. Hidupilah kekudusan itu tiap hari!
BA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.