“AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” (Kel. 3:14)
“Apakah saya layak?” “Siapa saya ini, Tuhan?” “Apakah saya bisa melakukan ini?” Itulah beberapa respons atau pergumulan terhadap panggilan untuk melayani Tuhan. Kita lebih melihat kekurangan diri dan sering melupakan apa yang penting dari panggilan itu.
Ketika Allah memanggil Musa, ia merasa tak layak. Ia meragukan dirinya yang tak pandai bicara saat harus berbicara kepada Firaun. Musa ragu dengan panggilan itu. Tuhan pun menjawab Musa bahwa Ia adalah “AKULAH AKU.” Itu berarti bahwa Ia tidak akan meninggalkan, melainkan selalu mendampingi dan melindungi (bnd. ay. 14). Tuhan menyebut nama-Nya YHWH. Dengan menyebut nama-Nya, Tuhan menegaskan penyertaan dan kekuasaan-Nya. Ia meneguhkan Musa bahwa Ia yang dahulu menyertai nenek moyang Musa adalah Allah yang sama yang akan menyertai Musa sampai pada akhirnya. Allah ingin Musa tahu bahwa Ia menyertainya.
Ketika sedang menggumuli panggilan Tuhan dan kita meragukan kemampuan kita untuk mengerjakan apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan, Tuhan menyebutkan nama-Nya, YHWH: Allah yang telah ada dan terus akan ada. Saat kita ragu dengan diri kita, Allah dapat dipercaya. Kekurangan kita tidaklah berarti jika dibandingkan dengan kemahakuasaan Allah. Maka, saat kita bertanya, “Siapakah aku ini, Tuhan?” “Apakah saya bisa, Tuhan?” Kita dapat mengingat bahwa Allah berkata, “AKULAH AKU.” Allah menyertai kita. (Pdt. Budiman)
REFLEKSI:
Apa yang kita khawatirkan saat kita melangkah, jika kita tahu bahwa Allah menyertai kita?
Ayat Pendukung: Mzm. 17:1-9; Kel. 3:13-20; Luk. 20:1-8
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.