Seorang teman berujar bahwa dunia ini semakin sempit. Sumber daya terbatas, pekerjaan terbatas, dan semua serba terbatas. Perkataannya itu adalah cerminan konflik. Satu hal tertentu diperjumpakan pada beberapa orang pada kesempatan waktu dan tempat yang sama.
Dalam hidup keluarga, konflik juga pasti terjadi. Keterbatasan waktu, perbedaan kepentingan, keberagaman kebutuhan dan banyak hal lain bercampur dalam keluarga yang sama dan kadang bertumpuk pada waktu yang sama. Contohkanlah hal kecil seperti bagi raport di hari jumat pagi. Sang ayah dan ibu bekerja di hari Jumat. Masing masing memiliki kepentingan sedangkan si anak butuh orang tua mengambil raport. Belum lagi hal yang lebih rumit seperti beda harapan. Anak ingin masuk bidang seni, sang ayah ingin anaknya seperti dirinya menggeluti bidang ekonomi, dan ibu mengharapkan anaknya mengikuti dirinya di kedokteran. Contoh ini menunjukkan sempitnya ‘ruang’ (pengharapan, mimpi bersama, waktu, dan sebagainya) dalam sebuah keluarga.
Konflik ini bisa berubah menjadi kekerasan. Tatkala pihak satu menuntut pihak lain dengan paksaan. Kekerasan verbal dan fisik acapkali membuncah saat konflik keterbatasan ‘ruang’ ini tidak teratasi dengan baik.
Kesediaan memberi ruang akan mengubah konflik menjadi alat semakin lekatnya cinta kasih dalam keluarga. Kesediaan merangkul dan berbagi ruang membuat keluarga akan mampu berjalan bersama dalam kebahagiaan. Tuntutan berlebihan, paksaan dan prasangka hanya akan menyempitkan ruang gerak anggota keluarga seperti layaknya sel penjara yang sempit, gelap dan bau. Adakah saudara mau mengomunikasikan kebutuhan dan keinginan dalam ruangan yg sempit keluarga kita? Adakah Saudara mau merangkul sehingga tercipta cukup ruang untuk berbahagia bersama? Mari beri ruang dan saling merangkul.
BA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.