Dalam perjalanan umat Tuhan memasuki “tanah perjanjian” Musa mengingatkan bahwa mereka sedang dihadapkan pada sebuah pilihan kehidupan atau kematian, mereka akan menikmati madu ketika berada di tanah perjanjian atau harus berhenti ditengah jalan karena minum racun.
Musa mengingatkan kepada umat bahwa perjalanan itu bukan suatu perjalanan yang tanpa tujuan, suatu perjalanan yang hanya sekedar terbebas dari situasi penindasan, melainkan suatu perjalanan yang bermakna karena ada yang mengutus dan ada arah yang pasti seperti yang sudah direncanakan oleh Allah.
Melakukan suatu perjalanan akan menjadi sesuatu yang menggembirakan dan bahkan menakjubkan, ketika seseorang mengetahui jalan pulang dan pada saat ia kembali tiba di rumah akan ada yang bertanya, “Bagaimana perjalananmu ?” Berjalan-jalan dan bepergian dapat amat menggembirakan kalau kita berjalan dengan mata dan telinga orang-orang yang mencintai kita, yang ingin melihat apa yang kita lihat dan mendengarkan kisah-kisah kita.
Ketika kehidupan ini dipahami sebagai suatu pengutusan dari Allah untuk mengadakan perjalanan, maka kita juga sedang berjalan dengan mata dan telinga Allah yang mengutus kita. Dalam perjalanan itu kita akan melihat pemandangan yang menakjubkan, mendengar suara yang indah dan berjumpa dengan orang-orang yang baik dan gembira kalau waktu pulang ke rumah sudah tiba.
Meyakini bahwa Tuhan lah yang mengutus kita menjalani kehidupan ini akan mengarahkan kehidupan kita untuk taat dan setia pada perintah Tuhan, sehingga kita akan diberi kemampuan untuk menikmati madu kehidupan yang telah disediakan-Nya.
Siapakah yang mengutus kita dalam perjalanan kehidupan ini, dan akan kemanakah tujuan hidup ini, adakah yang rindu mendengarkan kisah perjalanan hidup kita ?
TT
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.