Sebelum peristiwa Pentakosta berlangsung, para murid tampaknya masih berada dalam situasi yang membingungkan hati. Tentu mereka sangat dikuatkan setelah menyaksikan Kristus yang bangkit. Namun, pada saat bersamaan, mereka juga belum mampu mencerna konsekuensi dari kebangkitan Kristus bagi nasib mereka di tengah kepungan empire Roma yang telah menyalibkan Guru mereka. Apalagi, empat puluh hari setelah peristiwa kebangkitan Kristus, Sang Guru meninggalkan mereka. Kegembiraan dan iman yang sempat muncul kini terampas kembali.
Kisah Pentakosta di dalam Kisah Para Rasul 2 mengisahkan titik-balik berikutnya dalam hidup para murid. Kristus yang naik ke surga itu ternyata tidak sungguh-sungguh meninggalkan mereka. Sebaliknya, Kristus yang sama kini mereka alami kehadiran-Nya melalui kuasa Roh Kudus yang merengkuh dan merangkul mereka. Roh Kudus yang adalah Roh Kristus itu memberi kekuatan dan kuasa. Mereka tak lagi takut pada empire; mereka tak lagi kuatir pada nasib mereka. Roh penuh kuasa itu mendorong mereka untuk keluar dan mewartakan kasih-sayang ilahi.
Membaca kisah Pentakosta membuat saya teringat pada 1 Yohanes 4:18, yang berbunyi, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan.” Karena kuasa Roh itu telah hadir … jangan takut! Karena kuasa Roh itu telah nyata … keluarlah !
JA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.