“Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.” (Mat. 10:29)
Ingatan saya kembali ke beberapa tahun silam, ketika GKI Pondok Indah menyelenggarakan ibadah emeritasi bagi rekan dan sahabat saya, Pdt. Em. Agus Susanto. Kelima pendeta aktif, selain Pdt. Agus, bertugas bersama memberikan refleksi atau khotbah singkat. Semua memakai teks Matius 10:29 ini sebagai landasan. Setiap pendeta mendapatkan perspektif yang berbeda atas teks yang satu ini. Saya mendapat giliran terakhir. Nahas, pendeta yang berkhotbah sebelum saya, yang tidak usah saya sebutkan namanya, ternyata menyampaikan khotbah yang isinya sama dengan yang harus saya sampaikan. Alhasil, saya kebingungan hendak mengkhotbahkan apa lagi. Akhirnya, ketika tiba giliran saya, muncullah khotbah terpendek selama saya menjadi seorang pendeta. Dengan gagap namun gagah saya hanya berkata, “Apa yang harus saya sampaikan sudah disampaikan. Terpujilah Tuhan!” Dan saya pun duduk kembali. Anda pasti tidak pernah mendengarkan khotbah yang lebih pendek dari itu!
Di balik “bencana” itu, kami berlima bersepakat memakai teks itu justru karena kesederhanaannya yang luar biasa, kesederhanaan pemeliharaan Allah di tengah kompleksitas kehidupan. Dan karya-layan Pak Agus tampaknya menampilkan hal yang sama. Bayangkan! Dua ekor burung pipit dijual seduit. Satu duit sama nilainya dengan sepersepuluh dirham. Begitu murah. Itu pun si pembeli mendapatkan dua ekor. Namun Bapa kita tak pernah melupakan burung-burung pipit itu, apalagi kita! Maka, percayalah, kompleksitas kehidupan tak pernah mampu menenggelamkan simplisitas pemeliharaan ilahi dalam hidup Anda.
Izinkan saya menutup renungan ini dengan bait pertama kidung His Eye Is no the Sparrow, yang digubah oleh Civilla Durfee Martin (1866-1948), yang juga dinyanyikan di dalam ibadah emeritasi Pdt. Em. Agus Susanto:
Why should I feel discouraged, why should the shadows come,
Why should my heart be lonely, and long for heav’n and home,
When Jesus is my portion? My constant Friend is He:
His eye is on the sparrow, and I know He watches me;
His eye is on the sparrow, and I know He watches me.
Refrain:
I sing because I’m happy, I sing because I’m free,
For His eye is on the sparrow, and I know He watches me.
ja
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.