Ada sebuah formulasi yang berulang terjadi dalam kisah pencobaan di padang gurun. Yesus selesai berpuasa menjadi konteks cerita lalu muncul pencobaan pertama soal makanan diikuti dengan pencobaan soal harta dan kekuasaan. Ketiga hal yang begitu dekat dengan kebutuhan dan keinginan manusia. Setiap kali iblis mencobai, ia menggunakan referensi firman Allah dan Yesus melakukan hal yang sama dalam rangka menolak godaan iblis. Firman Allah bukanlah mantra untuk melawan pencobaan tetapi yang ingin ditunjukkan di sini adalah tentang kedekatan, keintiman Yesus dengan Allah yang menumbuhkan kepercayaan.
Relasi yang dibangun dalam kedekatan yang kuat menumbuhkan kepercayaan, hal ini berlaku untuk semua bentuk relasi. Kekuatan Yesus menjawab setiap pencobaan terletak dari kebergantungan-Nya kepada Sang Bapa. Kedalaman relasi yang tidak mudah dihancurkan dengan kebutuhan manusia yang paling utama sekalipun seperti makanan di tengah situasi kelaparan. Kemendesakan, persoalan genting bukanlah alasan untuk meragukan apa yang dipercayai-Nya tetapi sebaliknya menjadi landasan untuk menjawab persoalan tersebut. Mengkongritkan apa yang dipercayai dalam persoalan hidup. Dalam pra paska pertama ini, kita diajak untuk menghayati kedalaman relasi dengan Allah untuk menumbuhkan kepercayaan dan menghidupinya dalam persoalan hidup setiap hari.
Trust is at the heart of our relationship with God and with each other (David Lose).
DVA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.