Suatu sore saya mengajak keponakan saya yang berusia lima tahun untuk membeli boneka, karena dia sangat menyukai boneka. Setiba di toko, ia sangat kegirangan karena melihat begitu banyak boneka. Setelah berputar-putar mencari boneka, ia lalu menentukan pilihan pada sebuah boneka cantik dan sangat mahal harganya (tentunya dia tidak mengerti soal pertimbangan harga). Ketika ia menyerahkan boneka pilihannya kepada saya, saya mulai berpikir keras untuk menginformasikan soal harga. Saya berkata, “Ade, boneka ini bagus tapi terlalu mahal, kita pilih boneka lain yang tidak terlalu mahal ya, boleh ya?” Dia mengangguk, dan segera berjalan mencari boneka lain dan berkata, “Berarti bonekanya harus kecil ya Tante supaya tidak mahal?” Sebelum ia mengambil sebuah boneka ia akan bertanya, “Apakah ini mahal, Tante?” Sekalipun rasanya tidak tega, tapi saya coba mengajarnya menentukan pilihan sesuai dengan kondisi yang ada. Sekian lama ia menghabiskan waktu untuk berkeliling, bertanya, dan akhirnya menentukan pilihan. Peristiwa ini membuat saya berpikir tentang pilihan-pilihan dalam hidup yang kita buat setiap hari.
Sejak kecil kita telah diperhadapkan dengan banyak pilihan, dilatih untuk membuat keputusan dari semua pilihan yang ada. Latihan itu seharusnya membuat kita makin bijak dalam membuat keputusan dalam kehidupan ini, sekalipun ternyata bahwa proses pembelajaran ini tidak pernah usai selama kita hidup.
Dalam kisah penciptaan di kitab Kejadian, kita melihat bagaimana Allah menciptakan alam semesta dengan baik dan menyediakan pilihan kepada manusia untuk merespons karya-Nya. Untuk segala sesuatu yang telah disediakan-Nya dengan begitu baik, Allah tetap memberikan pilihan kepada manusia dengan berkata dalam Kejadian 2:15-17, “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati’”.
Allah tidak menyembunyikan pohon itu, tetapi Allah menginformasikan bahwa pohon itu tidak baik untuk dimakan, dan konsekuensinya adalah kematian. Allah meletakkan pilihan merdeka di tangan manusia untuk merespons karya baik Allah yang memelihara hidupnya di taman Eden dan memercayai manusia sebagai makhluk yang dengan kemerdekaannya, mencintai dan taat pada kehendak-Nya.
Manusia bergumul dengan kemerdekaannya untuk membuat pilihan. Pergulatan dengan segala pertimbangannya berakhir dengan keputusan untuk memakan buah yang dilarang untuk dimakan. Pada saat itulah manusia melihat bahwa ia telah salah membuat keputusan. Dalam kegagapan, penyesalan dan kekagetan, ia harus menerima konsekuensi dari keputusannya. Tetapi ia tidak siap mempertanggungjawabkannya. Adam mulai menyalahkan Hawa yang telah menyuruhnya memakan buah itu. Hawa menyalahkan ular yang telah menggodanya melanggar ketetapan Allah. Adam dan Hawa menggunakan kemerdekaan untuk membuat keputusan, tetapi mereka melempar tanggung jawab dari konsekuensi keputusan tersebut. Bagaimana pun juga pilihan telah dibuat, kini mereka harus hidup dengan pilihan itu dan keluar dari taman Eden.
Pilihan demi pilihan terus mewarnai perjalanan hidup kita hingga saat ini. Kita memiliki kemerdekaan untuk menjalaninya. Kemerdekaan untuk membuat pilihan adalah anugerah Allah. Inilah yang membuat hidup kita ini begitu indah untuk dilalui. Kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita perbuat. Kita dilibatkan Allah untuk membentuk cerita dalam perjalanan hidup kita. Akal budi, kemurahan hati dan kepekaan diberikan Allah, agar kita tidak sembarang membuat keputusan hanya didorong oleh emosi sesaat. Sebaliknya kita diajak untuk berpikir bijak dalam mempertimbangkan setiap pilihan dan membuat keputusan yang tepat untuk kita jalani. Sekalipun kemerdekaan dianugerahkan Allah kepada kita, di dalam kasih-Nya Dia tetap menuntun kita untuk dapat mengelola anugerah itu dengan baik. Namun semua kembali kepada kemerdekaan kita. Apakah kita bersedia dipimpin Allah dalam menimbang semua pilihan dan menentukan keputusan? Sekali lagi kita merdeka untuk menentukan apa pun dalam hidup ini.
Beberapa hal yang perlu kita renungkan dalam menimbang pilihan dan menentukan keputusan:
- Hidup menyediakan banyak pilihan, maka lihatlah dengan jeli. Mendata semua pilihan yang ada, menolong kita untuk dapat melihat bahwa banyak hal yang bisa kita putuskan dalam hidup ini. Sayangnya, sering kali kita merasa hidup tidak memberikan banyak pilihan kepada kita. Kita merasa telah dipojokkan untuk mengambil satu-satunya pilihan yang tersedia, sementara kita tidak menyukainya dan merasa tidak berdaya untuk mengambilnya. Kita merasa tertawan dalam kehidupan ini. Sadarilah bahwa sesungguhnya ada banyak pilihan lain yang bisa kita lakukan.
- Pertimbangkanlah semua konsekuensi dari setiap pilihan yang terpikirkan oleh kita. Setiap pilihan pasti mengandung konsekuensi dan risiko, sekecil apa pun itu. Berpikirlah, bukan hanya untuk kepentingan hari ini, melainkan berupayalah melihat akibatnya di kemudian hari.
- Beranilah menempuh semua konsekuensi dan risiko, sebab demikianlah cara kita melewati hidup ini. Beranilah, walau terkadang kita harus menjalani pilihan yang tidak populer sama sekali, bahkan melawan kebiasaan kebanyakan orang. Keberanian membuat kita melihat dan merasakan kejutan-kejutan dalam hidup ini, entah yang mendatangkan kegembiraan atau yang menimbulkan kekecewaan.
- Bertanggung jawablah atas keputusan yang kita pilih. Pikullah apa yang harus kita pikul dengan kerendahan hati, karena demikianlah kita dibentuk oleh Allah di dalam kehidupan ini. Refleksikan pengalaman hidup tersebut dalam terang cinta kasih Allah, dan ingatlah bahwa kita tidak pernah sendiri, sebab kasih-Nya selalu menuntun dan membimbing kita. Memberi makna terhadap pengalaman hidup (entah kegagalan atau keberhasilan) akan menolong kita untuk bertindak lebih baik di kemudian hari dan mensyukuri pengalaman tersebut.
- Jalanilah dengan gembira. Kegembiraan menjalani hidup membuat kita melangkah dengan ringan, bahkan ketika saat-saat sulit mendera kita. Kegembiraan itu sendiri adalah sebuah pilihan untuk menjalani hidup. Berlama-lama menyesali apa yang sudah terjadi, menghambat kita untuk terus melangkah karena waktu tidak dapat diputar kembali, keputusan tidak bisa diubah. Buatlah keputusan baru sebab pilihan-pilihan baru pun kembali tersedia dalam hidup kita.
Pilihan demi pilihan mewarnai perjalanan hidup kita. Pilihan membuat hidup ini menjadi lebih indah untuk dilewati dan dipertanggungjawabkan. Dari satu pilihan ke pilihan lain, dari satu keputusan ke keputusan lain, kita sedang melukis perjalanan hidup kita, mempertanggungjawabkan anugerah Allah. Mengambil keputusan dari banyak pilihan adalah cara Allah mendewasakan dan membentuk kita agar setiap hal yang kita lakukan dan putuskan dalam hidup ini menjadi berarti dan bermakna, bukan hanya bagi kita, melainkan juga bagi sesama, dan pada akhirnya menjadi cara kita mengabdi pada kehendak Allah di tengah dunia ini. Selamat memilih dan selamat memutuskan.•
» Pdt. Dahlia Vera Aruan
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.