Hingar-bingar Paskah telah lewat. Lalu apa? Jawab atas pertanyaan ini bergantung pada bagaimana kita mengalaminya. Bila Paskah adalah sekadar acara rutin setelah Natal, Bulan Keluarga dan seterusnya, –entah itu sifatnya pelayanan maupun sekadar entertainment,– maka memang ia tidak punya makna, selain kesibukan. Sama seperti tahun-tahun yang telah lalu.
Penulis surat Yohanes memulai tulisannya yang dimaksudkannya agar orang benar-benar “berjumpa dengan Kristus”, dengan sebuah kesaksian yang amat indah. Baginya Kristus bukanlah sekadar isi beritanya, tetapi Kristus yang telah dialaminya sendiri secara pribadi. Kristus yang telah didengarnya dengan telinganya sendiri, yang telah dilihat dan disaksikannya dengan matanya sendiri, dan yang telah dirabanya dengan tangannya sendiri.
Maka bila Paskah memang adalah sesuatu yang bukan hanya kita dengar dengan telinga kita sendiri, tetapi sungguh-sungguh kita lihat dan saksikan dengan mata kepala kita, serta kita raba dengan tangan kita, maka tak ada pilihan lain bagi kita. Kita pun, seperti penulis surat Yohanes, harus membaginya dengan orang lain. Kehangatan kasih yang kita rasakan ini terlalu besar untuk kita nikmati sendiri. Anugerah Tuhan atas kita ini juga tak mungkin bila kita pegangi hanya bagi kita sendiri.
Hingar-bingar Paskah telah lewat. Lalu apa? Hanya kita sendiri yang dapat menjawabnya!
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.