Kisah Yesus memasuki Yerusalem dalam minggu Palem (Markus 11:1-11) adalah kisah dramatik yang sangat melekat di benak banyak orang. Dari sekian banyak kisah di alkitab, baru kali ini Yesus disambut begitu meriah. Dengan menunggangi seekor keledai, Yesus disambut bak raja dan pahlawan oleh banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, menyebarkan ranting-ranting hijau dan meneriakkan : “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!” Mengapa mereka melakukan demikian? Bukan hanya karena Yesus sudah begitu populer, dikenal sebagai sosok yang berkuasa dan melakukan berbagai mujizat. Tetapi karena kata ‘Hosana’ sebenarnya berasal dari istilah Ibrani “hosyiana” yang berarti “tolonglah, selamatkan kami sekarang!” Artinya mereka menyambut Yesus dengan harapan besar bahwa Yesus kelak menjadi raja yang akan membebaskan mereka dari penjajahan romawi.
Yang menarik, Yesus datang tidak menunggangi kuda (lambang kekuasaan, kejayaan), tapi memilih menunggangi keledai (hewan pembawa barang, dikenal sebagai hewan lemah, bodoh). Yesus datang bukan dengan misi politis, menjadi penguasa yang dilayani. Tetapi datang dengan kesederhanaan, semangat melayani dan memberi diri. Ia datang ke Yerusalem dengan pandangan tertuju pada salib, melaksanakan kehendak Bapa-Nya, bersedia menderita dan sengsara karena cinta kasihNya pada manusia. Ia rela melakukannya untuk mendatangkan damai sejahtera dan keselamatan bagi dunia.
Dalam panggilan hidup kita sesehari, bagaimanakah sikap kita ketika berjumpa dengan permasalahan hidup? Apakah kita terbiasa berteriak dan berseru ‘Hosana’, memuji Tuhan, memohon pertolongan Tuhan, namun justru menghindari salib yang harus kita pikul? Menerima segala yang baik, menghindar dari jalan sulit yang Tuhan ingin untuk kita hadapi? Seperti orang-orang yang berteriak memuji Yesus tapi yang kemudian berseru : “salibkan Dia!”
Perjalanan sengsara Yesus kiranya menjadi teladan bagi kita untuk setia kepada Allah. Agar kita dapat menghayati sukacita, kegembiraan, kesuksesan sebagai berkat Tuhan. Tetapi juga masa-masa susah, malang, sakit dan derita dalam kuasa penyertaan Allah. Dibalik salib, ada keselamatan, damai sejahtera dan kemuliaan yang kelak dinyatakan-Nya.
GPP
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.