Mengabaikan adalah pilihan yang paling mudah dilakukan. Berlalu begitu saja ketika melihat seseorang menghadapi kesulitan, penindasan atau keadaan terasing, demi menjaga keamanan diri sendiri. Akhirnya orang-orang lemah terpaksa berjuang sendirian, tanpa ada yang menemani mereka melewati curamnya perjalanan. Mereka berharap ada yang berpaling, menjenguk dan mengulurkan tangan. Mereka berharap ada yang cukup peduli untuk memberikan dukungan. Apakah kerinduan ini dapat menjadi kenyataan ditengah maraknya sikap pementingan diri sendiri?
Kebangkitan Yesus adalah sebuah perayaan iman yang mendatangkan kemerdekaan dan sukacita, serta memberikan kekuatan dan pengharapan baru dalam kehidupan. Kita merayakan karya kasih setia Allah yang selalu berpihak kepada umat yang lemah, yang menyentuh dan memerdekakan mereka. Karena itu perayaan iman seharusnya dirayakan di antara mereka yang tersisih, menderita, dan dilupakan, tetapi kini diingat dan diperhitungkan.
Dalam kisah kebangkitan Yesus menurut Matius (28:1-10), diceritakan tentang seorang malaikat yang memberi kabar kepada para perempuan yang datang ke kubur Yesus, bahwa Dia telah bangkit dan mendahului mereka ke Galilea. Mengapa Galilea? Ada apa di sana sehingga Yesus menyatakan kebangkitan-Nya dengan hadir di tempat itu?
Galilea adalah bagian dari provinsi Palestina pada zaman Yesus, dan terletak paling utara dari ketiga wilayah teritorial Palestina: Galilea, Samaria dan Yudea. Penduduknya merupakan campuran dari orangorang Yahudi dan orang-orang yang menyembah berhala. Galilea adalah kampung halaman Yesus yang lahir dan dibesarkan di Nasaret. Nasaret sendiri berasal dari Kana, sebuah kota di Galilea. Bangsa Yahudi, yang amat menjaga kemurnian ras mereka, sangat tidak menyukai orang-orang Galilea dan meremehkan mereka (lihat komentar Natanael, Yoh 1:46). Galilea dinilai sebagai daerah yang terbelakang, dan penduduknya udik, kurang berpendidikan, lemah secara ekonomi, berperilaku kurang sopan dan kurang halus.
Di daerah, di kalangan penduduk yang biasa disepelekan dan diabaikan ini, Yesus hadir. Dia mendahului para murid untuk berada di sana. Tentu hal ini dinyatakan bukan tanpa maksud. Hadir di Galilea justru memberikan penegasan dan penekanan ulang dari misi Yesus di dunia. Dia hadir bukan bagi orang benar, tetapi bagi orang berdosa. Dia hadir bukan bagi orang sehat, tetapi orang sakit. Sebab orang benar tidak membutuhkan Mesias dan orang sehat tidak membutuhkan tabib. Yesus hadir dalam kumpulan orang-orang yang membutuhkan penghargaan, penerimaan, cinta dan kepedulian. Dia berada di sana dalam kuasa dan kemenangan kebangkitanNya. Dia merayakan kemenangan-Nya di antara mereka.
Kebangkitan Yesus yang setiap tahun kita rayakan bukanlah sekadar sebuah ritual ibadah. Bukan pula sekadar ungkapan syukur dan sorak sorai kemenangan. Paska adalah seruan pengutusan umat yang telah dimenangkan dalam kuasa-Nya untuk hadir di “Galilea”. Mengutus kita untuk hadir memberikan kabar baik bagi mereka yang tertekan, memberikan pembebasan bagi mereka yang tertindas, memberikan perhatian bagi mereka yang terlupakan. Inilah arti Paska yang seutuhnya. Menghadirkan diri kepada sesama akan merontokkan tembok pemisah, sebab kuasa dan cinta kebangkitan telah mengalahkannya.
Galilea berada begitu dekat dengan kita. Mungkin selama ini suaranya tidak terlalu terdengar karena kebisingan hidup kita. Mungkin selama ini kita tidak mampu melihat dan menemukannya karena pandangan kita terfokus pada hal-hal yang memuaskan diri semata. Karena itu untuk menemukan Galilea dibutuhkan kepekaan untuk mendengar, melihat, dan merasakan dengan hati yang telah dipenuhi dengan cinta kasih Allah.
Menemukan Galilea juga membutuhkan keberanian untuk bersedia meninggalkan kenyamanan diri, memberikan ruang bagi orang-orang yang lemah, dan mempersilakan mereka untuk memakai waktu, pikiran, materi yang kita miliki guna dinikmati bersama dalam perjalanan hidup. Menemukan Galilea memerlukan keyakinan untuk berjalan bersama Yesus yang bangkit, sebab tidak ada upaya yang terlalu kecil untuk menghasilkan cinta dan kepedulian.
Sejauh mana pesan Paska ini kita hayati dalam kehidupan kita? Kebangkitan Yesus adalah kemenangan yang ditandai dengan persekutuan umat tanpa batas, berbela rasa kepada mereka yang tertindas, menjadi saudara kepada mereka yang tidak berdaya. Kemenangan dalam kasih untuk memberikan semangat persaudaraan dan menumbuhkan pengharapan akan situasi yang lebih baik di tangan kasih dan kuasa-Nya yang bangkit.
Marilah kita mewujudkannya agar kemenangan dan sukacita ini menjadi milik semua orang. Tidak ada lagi Galilea, sebab tidak ada lagi yang terabaikan, jika setiap orang yang merayakan sukacita Paska mau menghadirkan diri sebagai sahabat bagi sesamanya, tanpa batas.
Pdt. Dahlia Vera Aruan
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.