Buku-buku tentang motivasi diri hampir setiap hari diterbitkan dengan tema yang beraneka ragam. Memang, percaya pada diri sendiri yang banyak dibahas dalam buku-buku motivasi memberikan berbagai kepuasan, sebab sikap ini akan membuat kita merasa berkuasa, karena kita adalah tuan atas diri kita sendiri. Kita berusaha untuk membuktikan kepada diri kita sendiri bahwa kita menguasai keadaan dan mampu mengambil keputusan sendiri. Jika semua ini berhasil maka kita akan menuai banyak pujian.
Namun seperti yang terjadi dalam kehidupan Yakub, dibelakang sikap percaya diri tersembunyi kesepian dan kesendirian, rasa kuatir atas kegagalan yang akan terjadi. Mungkin saja kita berhasil merancang, merencanakan dan bahkan meyakinkan jemaat tentang pentingnya hidup dalam komunitas sehingga dibutuhkan Community Center, namun apakah kita juga merasa saling memiliki?
Pertanyaan kita bersama adalah, apa yang harus dilakukan agar hidup kita dilandaskan pada belarasa sehingga dapat terbuka untuk menerima orang lain untuk dapat membangun hidup komunitas?
Tidak ada yang menyangkal bahwa untuk mewujudkan hal ini, dituntut kesediaan untuk membongkar tembok-tembok pengaman kesendirian, yang sudah kita dirikan di antara diri kita dengan orang lain. Hal lni merupakan perjuangan rohani yang berat sebagaimana digambarkan dalam kehidupan Yakub, yang harus menyelesaikan pergumulan diri sendiri dengan Allah sehingga akhirnya ia dimampukan merobohkan tembok-tembok pengaman yang menghalangi dirinya untuk dapat berkomunikasi lagi dengan yang lain. Percaya diri adalah hal penting yang harus dilakukan, namun mau mengubah hati untuk mau menerlma dan mampu memahami anggota jemaat yang lain dengan latar belakang apapun, adalah perwujudan dari kasih yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan oleh setiap murid Tuhan.
(TT)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.