Andaikata ada seorang yang hadir dalam kebaktian, dan mengecam kebaktian kita sebagai ibadah yang tidak disukai Tuhan? Atau menyebut ibadah kita sebagai ibadah yang jahat di mata Tuhan? Bagaimana tanggapan kita sebagai warga jemaat?
Tentu kita marah dan kecewa. Bahkan mungkin memperkarakan orang tersebut ke pengadilan karena dianggap menghina agama. Wajar saja, karena menurut kita Tuhan sangat senang kepada pujian-pujian yang kita sampaikan, doa yang kita panjatkan dan Firman Tuhan yang kita wartakan dan dengarkan. Semoga kita tidak terkejut, karena penilaian ini justru dilontarkan Nabi Amos pada abad 8-7 SM. Ada apa dengan ibadah Israel, sampai-sampai Tuhan menolak ibadah termasuk korban persembahan, musik dan nyanyian ?
Ibadah Israel hanya seremonial, terbatas dalam ruang ibadah dan tak berdampak dalam kehidupan sosial. Keadilan dan kebenaran Tuhan menjadi amat sulit di temui dalam kehidupan ( ayat 24). Sebaliknya penindasan, kecurangan bagi yang lemah dan tak berdaya menjadi tontonan yang biasa. Ironis, pemerannya adalah umat Tuhan yang mengakui TUHAN yang adil dan benar.
Kalau begitu ibadah bagaimana yang dikehendaki Tuhan? Ibadah yang merupakan ekspresi keadilan (Mispat) dan kebenaran (tsedaqa) dalam kehidupan sosial karena itu adalah cerminan karakter Allah. Ibadah bukan soal liturgi tetapi relasi umat yang benar yang harus diproyeksikan dalam pelayanan terhadap sesama.
Apakah kepedulian kita terhadap sesama telah menjadi satu bentuk ibadah nyata?
Ls
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.