Saya mengalami:
Kalau saya ada di pelataran Bait Allah saat itu saya membayangkan melihat Yesus begitu terluka melihat orang-orang yang pakai kerudung dengan perlengkapan ibadahnya, alih-alih beribadah nyatanya itulah kostum dagangnya dengan kantong uang di kiri kanannya, karena inilah peak hour (waktu paling laku) dari bisnis jual korban untuk ibadah Yahudi saat itu.

Saya merasa:
Perasaan saya ada 2 saat berada di peristiwa itu: pertama, saya bingung kenapa emosi Yesus sampai tampaknya membabi buta waktu itu. Saya jadi bertanya-tanya? Apa boleh orang Kristen ngamuk sampai destruktif demi membela kebenaran?

Kedua, betapa mirisnya melihat para pedagang meninggalkan kesempatan mereka beribadah demi mengeruk keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya dari orang yang beribadah, namun dengan kostum ibadah. Saya jadi bertanya-tanya apakah setiap peak hour mereka gunakan kesempatan itu untuk berdagang dan akhirnya tetap bisa beribadah dengan kusuk sambil menitipkan barang sisa dagangan mereka di pintu depan bait Allah?

Saya belajar:
Saya jadi belajar, ada saat beribadah dan melayani Tuhan, ada saat berdagang dan mencari peluang bisnis. Ada saat memanfaafkan kesempatan untuk berteman dengan tulus, ada saat orang kehilangan teman yang tulus karena kepentingan pribadi mengalahkan pertemanan. Ada saat menggunakan waktu sebelum ibadah dengan menyiapkan hati, ada saat kita tak sadari justru merusak konsentrasi diri dan orang lain sebelum ibadah.

Saya kira pesan Tuhan:
Saya kira melalui kisah ini Tuhan Yesus mau mengajarkan saya untuk beribadah dan melayani dengan tulus tanpa membuat Yesus sedih dan mementingkan keuntungan diri yang berlebihan (Sebab saat kita melayani dan beribadah pastilah ada juga keuntungan/berkat yang kita peroleh sebagai pemberian Tuhan). Sementara dalam kisah Yohanes 2 ini, kepentingan para pedagang itu justru menyakiti hati Yesus.

Saya akan:
Dari kisah ini saya akan belajar menyiapkan hati setiap kali beribadah dan melayani.

Bagaimana dengan Saudara?

RJS