menghitung hari

Menghitung Hari

Mazmur 90:1-12

Belum ada komentar 535 Views

Kehidupan di perkotaan penuh dengan rutinitas. Rutinisme menjadi sebuah bagian kehidupan kebanyakan orang. Memaknai hari bukanlah hal yang mudah bagi mereka. Aktivitas bangun pagi, berkendara dalam kemacetan, bekerja, makan siang, kembali melalui padatnya lalu lintas, dan kembali ke rumah untuk tidur menjadi kebiasaan-kebiasaan yang mungkin saja tanpa makna. Karenanya, lahirlah istilah I hate Monday atau Yeay, it is Friday.

Memaknai rutinitas memang tidak mudah bagi setiap manusia. Tengoklah soal makan! Bagi kebanyakan orang, makan hanya menjadi sebuah kegiatan rutin yang harus dilakukan. Kalau pun dimaknai, biasanya hanya sekedar untuk menjaga agar tidak masuk angin. Memahami pemeliharaan Tuhan dalam hidup melalui makanan, memaknai pekerjaan dalam rasa syukur, menerima makanan sebagai sebuah keajaiban karya Allah, dan banyak refleksi iman lain, bisa saja menjadi sesuatu yang langka dan bahkan mahal karena hanya dilakukan dengan dana besar untuk acara camp dan retret.

Pemazmur mengajar setiap umat Allah menjalani hidup dengan keyakinan iman sekaligus penuh syukur atas pemeliharaan Tuhan. Ajakan pemazmur bukan hanya pada perkara-perkara besar. Pemeliharaan Tuhan terjadi setiap saat dan setiap waktu. Bahkan disebutkan sejak mulanya Allah memelihara dunia dan seluruh umat manusia. Hal ini berlaku bahkan turun-temurun. Sejak leluhur kita sampai anak cucu kita, penyertaan-Nya selalu ada.

Sebuah tantangan bagi kita adalah ‘menghitung hari’. Menemukan setiap penyertaan yang Tuhan berikan. Kepekaan hati dan kedalaman refleksi iman adalah kacamata yang diperlukan untuk mencapai hal tersebut. Begitu banyak orang yang gagal bersukacita dalam hal-hal kecil yang Tuhan berikan. Seorang kawan pendeta berkisah, “Aku heran, mengapa banyak orang senang dengan yang luar biasa? Coba bayangkan, bila jantung kita berdegup dengan luar biasa. Sebutlah jantung kita berirama disko, bukan lagi seperti sebuah metronom yang berdetak tetap. Apa yang terjadi? Seluruh tubuh kita akan bermasalah karena detakannya. Otak kita tidak dapat bekerja dengan baik. Bukankah yang biasa itu baik bahkan yang terbaik?” Benarlah kiranya perkataan Sang Pendeta itu. Penyertaan Tuhan yang terbaik seringkali muncul dalam hal-hal biasa, seperti biasa mendapat selamat dalam perjalanan pulang pergi bekerja, biasa bernafas setiap saat, biasa mendapatkan makanan setiap jam makan, dan banyak hal lainnya.

Inilah ‘menghitung hari’ dan inilah kebijaksanaan kehidupan yang membahagiakan. Hitunglah hari dan jadilah bijaksana!

BA

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • Rendah Hati Untuk Belajar
    Mazmur 119:73-80
    Biarlah orang yang congkak dipermalukan, karena mereka dengan curang memperdaya aku tetapi aku akan merenungkan titah-titah-Mu. (Mazmur 119:78) Ada...
  • A Nursing mother
    Yesaya 66:10-14
    Ada masa dalam kehidupan kita ketika segalanya runtuh. Usaha tidak berhasil. Rencana gagal. Relasi dalam rumah tangga berantakan. Doa...
  • MERDEKA UNTUK BERBEDA
    Lukas 9:51-56; Galatia 5:1, 13-25
    Salah satu ekspresi dari hidup di dalam kemerdekaan adalah kebebasan untuk menjadi diri sendiri, sekalipun itu berarti berbeda dari...
  • MENJADI GEREJA YANG MENGAKU
    Roma 10:9-12
    Sebuah pengakuan, mesti diikuti tindakan yang sejalan dengan pengakuan tersebut. Sungguh aneh, jika kita mengaku Kristus adalah Tuhan tetapi...
  • MENGIMANI ALLAH TRINITAS
    Amsal 8:1-4, 22-31; Mz. 8; Roma 5:1-5; Yoh. 16:12-15
    Belajar dari pemazmur, aku mencoba untuk mengenal Allah. Ku lihat alarm semesta, Bintang, matahari dan bulan serta berbagai bunga...