Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu. (2Sam. 6:7)
Apa yang Anda pikirkan saat membaca kisah Uza? Apakah Anda bertanya mengapa Allah begitu murka terhadap Uza? Bukankah Uza sedang melakukan kebaikan dengan memegang tabut Allah agar tabut tersebut tidak jatuh? Mengapa Allah begitu tidak adil?
Sesungguhnya, ada kisah lain yang melatari peristiwa ini. Orang-orang Israel memiliki cara beriman yang berbeda dengan kita. Sebagai umat yang memegang perjanjian, mereka mengimani bahwa murka Allah terjadi karena ada perjanjian yang mereka langgar; yang menyebabkan Daud menunda pemindahan tabut Allah ke kotanya (2Sam. 6:10). Jika kita melihat peristiwa ini dalam kitab 1 Tawarikh 15, Daud menyadari pelanggaran yang terjadi. Tabut Allah harusnya dibawa oleh orang-orang Lewi. Ini adalah janji yang telah dituliskan oleh nenek moyang bangsa Israel melalui peraturan Taurat. Dengan kata lain, Uza menjadi korban ketidaktaatan Daud pada perjanjian dengan Allah.
Jika peristiwa Uza membuat kita mempertanyakan keadilan Allah, sepatutnyalah kita becermin. Berapa banyak ketidakadilan yang kita lakukan akibat pelanggaran janji yang telah dibuat? Misalnya, janji untuk bertemu orang pada waktu tertentu, tetapi kita terlambat. Bukankah hal itu tidak adil bagi orang yang telah meluangkan waktunya? Begitu juga pada negara. Kita berjanji untuk berbakti bagi bangsa, tetapi kita masih mencoba “salam tempel” saat melanggar lalu lintas. Jangan sampai ada Uza-Uza berikutnya! [Pdt. Hizkia Anugrah Gunawan]
DOA:
Ampunilah kami, ya Tuhan, saat kami melanggar janji sehingga merugikan orang lain. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 118:1-2, 14-24; 2Sam. 6:1-15; Luk. 24:1-12
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.