Ketika masa tujuh hari itu sudah hampir berakhir, orang-orang Yahudi yang datang dari Asia, melihat Paulus di dalam Bait Allah, lalu mereka menghasut rakyat dan menangkap dia …. (Kis. 21:27)
Ketidaksukaan seseorang kepada sesamanya kerap diwujudkan dalam bentuk ujaran kebencian dan hasutan. Hal itu dapat kita lihat contohnya dalam kolom komentar yang terdapat di akun- akun media sosial. Memang, ujaran kebencian bukanlah hal baru atau hanya terjadi di zaman sekarang ini saja, melainkan sudah ada sejak zaman penulisan Alkitab. Contohnya adalah ujaran kebencian orang-orang Yahudi -yang datang dari Asia- kepada Paulus. Ujaran kebencian kepada Paulus itu, didasari oleh ketidaksukaan orang-orang Yahudi kepada Paulus yang dianggap telah menentang Taurat.
Segala bentuk fitnah dilontarkan kepada Paulus. Berbagai hasutan diteriakkan agar semakin banyak orang yang membenci Paulus. Ujaran kebencian dan hasutan yang menyerang identitas, dan dilakukan dengan tujuan untuk menjatuhkan adalah bentuk kekerasan verbal. Namun, pada akhirnya, kekerasan verbal ini dapat memicu kekerasan fisik. Itulah yang terjadi pada Paulus, ia mengalami kekerasan verbal sekaligus kekerasan fisik sehingga ia harus digotong oleh prajurit Romawi.
Sebagai pengikut Kristus, kita perlu mengendalikan ucapan kita. Segala ucapan yang keluar dari mulut kita, hendaknya bukan didasari oleh kebencian, melainkan kasih. Efesus 4:29 mengingatkan kita, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” [Pdt. Tunggul Barkat]
REFLEKSI:
Apa yang keluar dari mulut kita merupakan cerminan dari apa yang ada di dalam hati kita.
Ayat Pendukung: Mzm. 142; Am. 5:1-9; Kis. 21:27-39
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.