TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku …. (Mzm. 28:7)
“Air susu dibalas air tuba.” Peribahasa ini biasa digunakan untuk menggambarkan kebaikan yang tidak selalu dihargai dan dibalas dengan kebaikan. Bahkan, kebaikan yang dilakukan dibalas dengan kejahatan. Hal ini tentu menjadi tantangan di dalam melakukan kebaikan; bisa menimbulkan kekecewaan dan luka hati, sehingga tidak mau lagi melakukan kebaikan.
Bagaimana mengatasi perlakuan dan dampak kebaikan yang tidak berbalas? Mari belajar dari pemazmur. Pemazmur mengalami penderitaan akibat perlakuan orang-orang yang berbuat jahat padanya. Ia pun menyikapi kejahatan itu dengan mendoakan para pelaku. Ia menyerahkan para pelaku kejahatan kepada Allah dan meminta Allah beperkara dengan mereka. Pemazmur yakin bahwa Tuhan mendengar doanya. Tuhan mendengar! Hal ini menenangkan dan menguatkan pemazmur sehingga ia bersaksi bahwa Tuhan adalah kekuatan dan perisainya.
Kebaikan yang kita lakukan tidak selalu dihargai. Bahkan, bisa jadi dibalas dengan tindakan yang menyakitkan. Akibatnya, kita menjadi terluka dan kapok untuk berbuat baik. Kita mungkin juga tergoda untuk membalas kejahatan itu dengan yang jahat. Pemazmur memberi opsi lain. Doakanlah mereka yang menyakiti kita. Percayalah Allah mendengar dan tidak akan tinggal diam. Tuhan telah menjadi perisai dan kekuatan bagi pemazmur. Ia juga adalah perisai dan kekuatan kita, umat-Nya. Ia melindungi dan menyelamatkan kita! [Pdt. Hobert V.G. Ospara]
DOA:
Ya Allah, lindungilah kami dari orang-orang yang menyakiti kami, dan membalas kebaikan kami dengan kejahatan. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 28; Yes. 59:9-19; 1Ptr. 2:1-10
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.