… Sepanjang hidup Yosia mereka tidak menyimpang dari TUHAN, Allah nenek moyang mereka. (2 Tawarikh 34:33b)
Tak akan ada perubahan sosial, jika tidak ada perubahan personal. Sebab, kehidupan sosial adalah jalinan dari relasi-relasi personal dalam hidup bermasyakat. Setiap orang hidup dan bertumbuh di dalam keluarga sebagai unit kehidupan sosial terkecil. Jika keluarga baik dan sejahtera maka masyarakat juga akan baik dan sejahtera.
Dalam masa kepemimpinan Yosia sebagai raja Yehuda, ia mendapatkan pencerahan tentang pentingnya transformasi spiritual sebagai basis bagi perubahan sosial dari kerajaan yang ia pimpin. Transformasi spiritual itu dimulai dari kehidupan personal. Yehuda dan Israel sudah lama meninggalkan TUHAN. Taurat yang diberikan Musa tidak lagi menjadi kompas dan kekuatan spiritual mereka dalam hidup bermasyarakat. Karenanya, iman mereka terpuruk. Mental mereka bobrok. Kehidupan sosial berantakan. Ketika memutuskan untuk membangun ulang Bait Allah, Yosia menemukan Taurat. Kepadanya disampaikan bahwa kunci bagi perubahan itu adalah saat Yehuda kembali menghidupi Taurat. Itulah yang dilakukan Yosia. Iman dan Taurat dijadikan nadi transformasi.
Dalam situasi sosial sekarang ini, kita membutuhkan kode moral yang lahir dari kesadaran spiritual. Iman adalah jalan yang membawa kita pada kesadaran moral dan transformasi spiritual personal yang merupakan modal utama transformasi sosial. Kita harus mulai membangun kesadaran itu dari keluarga. Jika keluarga baik maka masyarakat akan baik. Jadi, hidupkanlah iman dan firman Allah sebagai kekuatan transformasi spiritual dan sosial. [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Transformasi spiritual adalah dasar yang kokoh bagi perubahan sosial. Kita akan hidup benar meskipun tidak ada larangan dan ancaman.
Ayat Pendukung: 2 Taw. 34:20-33; Mzm. 93; Luk. 2:25-38
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.