Kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau. (Amsal 2:11)
Seorang sahabat bercerita mengenai pengalamannya bersama teman-teman kantornya bertemu para politisi di Senayan. Melihat para politisi yang berdandan rapi dengan setelan jas, salah satu kawannya berseloroh, “Lihat, jas mereka itu anti peluru. Ditembak tidak tembus. Tetapi jas itu tidak tahan amplop. Ditembaknya pakai amplop.”
Suap-menyuap adalah praktik yang merusak etos dan jiwa bangsa. Hanya hikmat yang mampu menjaga seseorang dari ancaman yang merusak itu. Seorang bijak bestari mengatakan bahwa hikmat membuat kita mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Jadi, hikmat atau pengetahuan yang dimaksud di sini bukanlah pengetahuan intelektual yang bisa membuat seorang dosen menjadi guru besar. Hikmat adalah pengetahuan praktis tentang bagaimana seseorang hidup dengan benar, adil, dan jujur. Pengetahuan ini tidak tinggal di kepala saja, tetapi terserap ke dalam jiwa dan raga, serta menjadi bagian dari ucap dan laku hidup sehari-hari. Yang diketahui, itulah yang dilakukan sehingga hidupnya benar, adil, dan jujur.
Saudara, jiwa kita harus tahan tembakan. Bukan tembakan peluru, melainkan tahan dari tembakan amplop. Karena itu, yang kita butuhkan bukan rompi atau jas anti peluru. Yang kita butuhkan adalah mental dan sikap moral yang kuat, yang dibentuk oleh hikmat dari firman Tuhan. Oleh pertolongan Tuhan, kita akan mampu melakukan kebenaran, keadilan, dan kejujuran secara konsisten. Niscaya kita tidak tembus amplop. [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Memberi makan jiwa dengan hikmat dari firman Tuhan akan membuat diri kita kuat; tahan godaan, kebal dari praktik suap-menyuap.
Ayat Pendukung: Ams. 2:9-15; Mzm. 67; Luk. 19:1-10
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.