Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: “Engkaulah El-Roi.” Sebab katanya: “Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?” (Kej. 16:13)
Sebuah lagu anak-anak di gereja mengatakan demikian, “Hati- hati gunakan tanganmu, kakimu, mulutmu … Bapamu yang di surga melihat dengan cinta ….” Apakah lagu anak-anak ini terinspirasi dari kisah Hagar atau dari kisah lain? Yang jelas, kisah Hagar memang mengingatkan kita bahwa Allah yang kita sembah adalah El-Roi (Allah yang melihat aku). Ia melihat ketika kita berlaku jahat dan menjadi dursila sebagaimana Hofni dan Pinehas, anak-anak imam Eli. Ia juga melihat ketika kita menipu orang-orang lain, tidak memiliki integritas moral sebagaimana Ananias dan Safira. Tetapi, Ia juga melihat ketika kita diperlakukan tidak adil dan ditindas sebagaimana Hagar; ketika kita berteriak minta tolong dalam kepedihan dan duka.
Allah senantiasa melihat dengan mata penuh cinta, tidak diskriminatif. Ia melihat penderitaan bangsa Israel dalam perbudakan di tanah Mesir. Tetapi, Ia juga melihat kesusahan dan penganiayaan yang dialami Hagar, pembantu Sarai. Allah bersedia menolongnya. Allah tidak pernah membeda-bedakan manusia.
Ketika bangsa Israel menyombongkan diri sebagai umat pilihan Allah, nabi Amos menyampaikan firman Tuhan untuk menegur mereka, “Bukankah kamu sama seperti orang Etiopia bagi-Ku, hai orang Israel?” demikianlah firman TUHAN. “Bukankah Aku telah menuntun orang Israel keluar dari tanah Mesir, orang Filistin dari Kaftor, dan orang Aram dari Kir?” (Amos 9:7). Allah melihat semua dan Ia mau menolong semua! [Pdt. Paulus Sugeng Widjaja]
REFLEKSI:
Allah tidak pernah mempraktikkan favoritisme. Ia melihat dengan mata penuh cinta, dan berkarya tanpa membeda-bedakan manusia.
Ayat Pendukung: Mzm. 86; Kej. 16:1-14; Luk. 18:15-17
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.