“… ia datang untuk mencari buah pada pohon itu ….” (Luk. 13:6)
Pak Heri hobi bercocok tanam. Jerih lelahnya sebanding dengan rasa puas ketika melihat tanamannya tumbuh subur dan menghasilkan buah-buah yang berkualitas. Dengan bangga, ia memberikan buah-buah hasil kebunnya kepada sahabat-sahabatnya.
Kita dapat membayangkan perasaan pemilik pohon ara dalam perumpamaan Yesus ini. Pohon ara adalah tanaman yang bisa tumbuh dengan mudah di mana saja. Ia tidak membutuhkan perawatan khusus. Namun, pohon ara ini tumbuh di kebun anggur sehingga dapat diduga bahwa pohon ara ini istimewa. Dengan perawatan yang baik, seharusnya ia akan menghasilkan buah yang lebih baik daripada pohon ara lainnya. Bagaimana kenyataannya? Ternyata, pohon ara ini tidak berbuah, meskipun sudah dinantikan selama tiga tahun. Tidak heran jika sang pemilik merasa kecewa sehingga berkata, “Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!” Melalui perumpamaan ini Yesus hendak mengingatkan orang-orang Yahudi agar alih-alih sibuk mengurusi hidup orang lain, mereka sebaiknya memeriksa hidup mereka agar tidak menjadi percuma alias sia-sia.
Bagaimana dengan kita: Apakah kebaikan Tuhan yang telah kita terima sebanding dengan buah, yaitu kebaikan yang kita hasilkan? Ataukah kebaikan Tuhan kita biarkan begitu saja? Kiranya kita menghasilkan buah, yaitu kehidupan menyenangkan hati Tuhan dan memberi dampak baik bagi sesama. [Pdt. Lindawati Mismanto]
REFLEKSI:
Orang-orang yang hidup di dalam perlindungan dan pemeliharaan Tuhan tidak boleh tak berbuah.
Ayat Pendukung: Yes. 55:1-9; Mzm. 63:2-9; 1Kor. 10:1-13; Luk. 13:1-9
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.