Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegur kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi. (1Kor. 4:14)
Gang kecil menuju rumah kami, kini bersih dan asri. Aneka tanaman berjajar menghiasi jalan kecil tersebut. Sampah yang sebelumnya berserakan, kini tidak terlihat lagi. Sebagai gantinya, kini berdiri beberapa tong sampah dengan warna-warni ceria. Anak-anak pun semakin senang bermain aneka permainan tradisional di gang tersebut. Perubahan di gang ini, mulai terjadi setelah mendapat teguran dari Pak Camat, ketika ia melihat betapa kumuhnya gang di daerah kami. Sebagai tanggapan atas teguran Pak Camat, kami pun berbenah dan membuktikan padanya bahwa kami bisa lebih baik.
Rasul Paulus juga pernah menegur jemaat di Korintus karena sikap dan perilaku mereka tidak mencerminkan kehidupan pengikut Yesus. Ada yang hidup berkelompok dan mengaku diri paling benar, sehingga muncul persaingan dan perselisihan. Ada juga yang hidup dalam dosa percabulan, namun dibiarkan, dan berbagai masalah lainnya. Rasul Paulus menasihati jemaat Korintus agar kembali pada ajaran Kristus dan hidup seperti dirinya, yaitu meneladani hidup Yesus.
Rasul Paulus dan warga gang tempat saya tinggal mengajarkan kepada kita, bahwa teguran tidak harus selalu ditanggapi dengan emosi atau kemarahan. Tidak perlu juga sakit hati atas teguran-teguran yang diberikan kepada kita. Sebagai pengikut Tuhan Yesus, kita seharusnya bisa menanggapi teguran terhadap diri kita secara positif dan bijaksana, yakni memperbaiki diri; mengubah hal-hal buruk yang kita lakukan dan kembali melakukan kehendak Tuhan. [Pdt. Eko Priliadona Susetyo]
REFLEKSI:
Terkadang, perubahan menjadi lebih baik terjadi karena sebuah teguran.
Ayat Pendukung: Mzm. 105:1-11, 45b; Kej. 29:1-8; 1Kor. 4:14-20
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.