Lihat, Aku akan menegarkan hatimu melawan kekerasan hati mereka, dan membuat engkau keras kepala melawan mereka yang kepala batu. (Yehezkiel 3:8)
Memimpin demi sebuah perubahan ke arah yang lebih baik memang tidak mudah, tetapi bukan tidak bisa. Perubahan sulit diupayakan di tengah komunitas yang berkepala batu, yang orang-orangnya tidak mau berubah. Karena itu, cara pandang dan cara bersikap harus ditransformasi. Untuk itu dibutuhkan ketegaran hati.
Yehezkiel pernah mengalami bagaimana ia harus berhadapan dengan bangsanya sendiri. Tidak mudah menjadi pemimpin di kalangan sendiri. Apalagi, kalau saudara-saudari sendiri itu berkepala batu. Mereka tidak bersedia meminta maaf atas kesalahannya. Mereka mengetahui kebenaran, tetapi tidak melakukannya. Inilah kondisi Bangsa Israel yang sedang hidup di pembuangan, dan Allah mengutus Yehezkiel untuk berkarya di situ. TUHAN menyampaikan bahwa Yehezkiel harus menegarkan hati dan mengeraskan kepala. Artinya, ia harus lebih tegas dalam menyampaikan kebenaran. Pribadinya harus lebih kuat dari mereka yang berkepala batu. Yehezkiel tidak boleh menyerah. Ia harus menjadi seorang petarung yang gigih supaya bisa memenangkan bangsanya sendiri.
Dalam kehidupan yang keras dengan orang-orang yang sulit menerima dan melakukan perubahan serta tidak menjunjung tinggi kebenaran, seorang pemimpin harus kuat. Ia tidak boleh menyerah ketika berhadapan dengan ketidakbenaran. Situasi itu merupakan tantangan dan Tuhan mau kita menjadi lebih kuat. Seorang pemimpin yang kuat adalah dia yang berani dan teguh memperjuangkan perubahan dengan kebenaran dan cinta. [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Keteguhan hati dan keberanian adalah tipikal seorang pemimpin. Perubahan akan menjadi mungkin kalau ada pemimpin yang tipikal.
Ayat Pendukung: Yeh. 2:8-1:11; Mzm. 148; Why. 10:1-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.