Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. (Luk. 2:51)
Jati diri Yesus dalam Alkitab sangat jelas. Ia adalah Anak Allah; Sang Firman Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Selaku manusia, Yesus pun mengalami proses pertumbuhan, yaitu: “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” (Luk. 2:40). Pernyataan ini diulang kembali dan dilengkapi dalam Lukas 2:52, “Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”
Di antara pernyataan Lukas 2:40 dan Lukas 2:52 terdapat kisah bahwa saat Yesus berusia 12 tahun, Ia menghilang sehingga Maria dan Yusuf mencari-Nya. Ternyata, Yesus sedang berdiskusi dengan para pemuka agama di Bait Allah. Mereka semua dibuat sangat heran oleh kecerdasan-Nya. Alasan Yesus berada di Bait Allah ialah sudah seharusnya Ia berada di rumah Bapa-Nya. Hikmat-Nya selaku pribadi ilahi terlihat nyata. Walau demikian, Yesus tetap taat dalam asuhan orangtuanya. Ia tunduk pada asuhan Maria dan Yusuf sehingga Ia mau kembali ke Nazaret. Kedudukan-Nya selaku Anak Allah Yang Mahamulia tidak membuat-Nya sombong.
Mengikut Yesus berarti kita berkomitmen untuk rendah- hati dan taat pada peraturan yang berlaku. Umat Kristen seharusnya dicirikan oleh ketaatan pada peraturan dan hukum yang berlaku. Dengan bersikap rendah hati dan taat, kita mempermuliakan Kristus di tengah-tengah masyarakat yang tidak percaya. [Pdt. Yohanes Bambang Mulyono]
REFLEKSI:
Tidak ada seorang pun yang rendah hati ditolak oleh sesamanya.
Ayat Pendukung: Mzm. 19; Neh. 5:1-13; Luk. 2:39-52
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.