Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam himpunan orang-orang benar dan dalam jemaah. (Mazmur 111:1)
Melihat kebaikan Tuhan dalam seluruh peristiwa kehidupan mudah jika jalannya lurus. Tapi melihat kebaikan Tuhan di tengah peristiwa hidup yang sulit biasanya tidaklah mudah. Maka banyak dari kita lebih sering mengeluh daripada mensyukuri rahmat Tuhan dalam hidup.
Pemazmur yang berasal dari zaman setelah Yehuda kembali dari pembuangan menilai bahwa semua peristiwa yang terjadi atas bangsanya telah menunjukkan perbuatan Allah yang agung, ajaib, benar dan adil (ayat 3,4,7,8). Perbuatan Allah tersebut sepatutnyalah disyukuri. Allah tidak pernah melupakan janji-Nya sejak disampaikan kepada Abraham (ayat 5). Bahkan ketika Yehuda gagal setia, Allah tetap setia. Itulah yang menghantarkan pemazmur untuk bersyukur dalam nyanyian syukur ini. Pemazmur melihat dunia ini penuh dengan perbuatan ajaib Tuhan, yang patut direnungkan dan digemakan (ayat 2-4). Itulah yang menjadi dasar kekuatan umat untuk bersyukur bahkan ketika dunia menyajikan ketidaknyamanan hidup.
Allah yang kita sembah dalam Tuhan Yesus adalah Allah yang tidak berubah, dulu, sekarang dan selama-lamanya. Dia sudah menyatakan kasih setia-Nya melalui kurban diri-Nya di kayu salib. Dia adalah Tuhan yang kita andalkan dalam menapaki masa depan kita. Ajakan bersyukur ini tidak berhenti hanya pada ucapan bibir dalam ritual ibadah semata. Rasa syukur harus diungkapkan dengan sikap hidup dalam keseharian. [Pdt. Agus Gunawan]
REFLEKSI:
Perbuatan Tuhan yang besar dan dahsyat patut kita syukuri. la berkarya mendatangkan kebaikan, bahkan dalam situasi penuh pergumulan.
Ayat Pendukung:
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.