Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. (1Kor. 12:26)
Dalam novel Les Trois Mousquetaires atau “Tiga Muskeeter,” karya Alexandre Dumas, para tokohnya disebut memiliki semboyan: “Satu untuk semua, semua untuk satu.” Tiga sahabat dalam novel ini, menghadapi saat susah maupun senang bersama-sama. Tindakan saling mendukung yang dilakukan oleh tiga sahabat ini, menunjukkan bahwa permasalahan apa pun bisa dihadapi bersama-sama.
Setelah menjelaskan tentang ragam karunia Roh, Rasul Paulus melanjutkan dengan memaparkan tentang keragaman anggota tubuh Kristus. Masing-masing kita berbeda, unik, tetapi satu. Paulus menegaskan bahwa walaupun kita berbeda, tetapi kita adalah satu kesatuan di dalam Kristus. Sepatutnyalah, masing-masing anggota saling menghormati dan melengkapi. Tidak ada yang lebih rendah atau pun lebih unggul. Semua sama dan satu di dalam Kristus.
Semangat kesatuan di dalam Kristus inilah yang semestinya kita hidupi. Ketika salah seorang saudara kita bergumul, kita juga turut merasakan; kita berempati. Karena cinta Kristus, kita bisa bersatu. Dengan cinta Kristus, kita bisa berbela rasa. Ketika satu anggota menderita, seluruh anggota lainnya turut merasakan derita. Mari kita saling mendukung, mendoakan dan memberi semangat. Jangan mengingat saudara hanya ketika kita sedang terpuruk, tetapi melupakan mereka ketika kita sedang bahagia. Bersatu di kala suka, bersatu pula di saat duka. Satu untuk semua, semua untuk satu! [Pdt. Firmanda Tri Permana]
REFLEKSI:
Bela rasa bukan hal sulit untuk dilakukan, jika kita menyadari bahwa kita semua adalah bagian dari tubuh Kristus.
Ayat Pendukung: Mzm. 104:24-34, 35b; Kej. 11:1-9; 1Kor. 12:12-27
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.