“Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.” (Luk. 13:35)
Homesick adalah ungkapan populer yang menunjukkan kerinduan seseorang akan rumah atau kotanya. Homesick biasanya dialami oleh orang-orang yang meninggalkan kampung halamannya, entah karena pekerjaan, studi atau sebab lain. Perasaan rindu bisa sedemikian kuat, tak terkatakan.
Sebagai orang Yahudi, Yesus memiliki perasaan khusus terhadap Yerusalem. Bagi sebagian besar orang Yahudi, Yerusalem bagaikan rumah yang akan selalu dirindukan. Kehadiran Bait Allah menjadi simbol yang sangat kuat bagi Yerusalem sebagai kota kudus, rumah Allah. Kegembiraan orang Yahudi adalah dapat mengunjungi kota Yerusalem. Sayangnya, Yerusalem yang dirindukan itu adalah Yerusalem yang telah membunuh nabi-nabi. Bisa dimengerti kepedihan hati Yesus akan kota ini. Di kota tempat nama Allah paling banyak disebut, di kota itu pula Allah ditolak. Di kota Yerusalem, Allah justru jauh dari mereka yang merasa dirinya dekat dengan Dia.
Mari bertanya pada diri sendiri apakah kita sungguh- sungguh menyadari kehadiran Allah di dalam hidup kita? Jangan sampai kita merasa cukup dengan ritual agama, tetapi pada saat yang sama kita menolak Dia. Akibatnya, ibadah kita bagaikan rumah yang sunyi, tidak ada kehidupan di dalamnya. Jangan sampai Kristus menangisi keadaan kita, seperti Ia menangisi Yerusalem. [Pdt. Lindawati Mismanto]
REFLEKSI:
Sukacita terbesar adalah ketika hidup kita bagaikan rumah, di mana Tuhan berkenan tinggal di dalamnya.
Ayat Pendukung: Kej. 15:1-12, 17-18; Mzm. 27; Flp. 3:17—4:1; Luk. 13:31-35
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.