Yesus menyatakan bahwa Dia adalah “roti hidup”. Roti adalah makanan pokok dalam budaya Yahudi dan banyak budaya lainnya, yang melambangkan kebutuhan dasar manusia. Dengan menyatakan diri-Nya sebagai roti hidup, Yesus menegaskan bahwa Dia adalah kebutuhan dasar rohani bagi semua orang.
“Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi” menekankan bahwa Yesus dapat memenuhi kelaparan rohani. Kelaparan di sini bukan sekadar fisik tetapi kelaparan akan kebenaran, pengertian, dan hubungan dengan Allah. (Yoh.6:35)
Roti Hidup sendiri memiliki makna bahwa Yesus adalah sosok sumber kehidupan yang selalu memberikan kehidupan-Nya kepada dunia, sehingga manusia yang datang dan percaya kepada Kristus, Sang Roti Hidup, akan tergerak untuk meneladani Dia untuk terus mau berbagi, peduli, dan solider.
Pesan tentang solidaritas itulah yang juga ingin disampaikan Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Efesus. Ia menulis surat itu agar orang-orang mau hidup sehati dan saling memedulikan. Dalam Efesus 4:2 dituliskan, “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”
Solidaritas itulah yang akan membuat mereka memiliki kesatuan yang kuat; satu tubuh, satu roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah (ay. 4-6). Paulus juga menekankan bahwa pertumbuhan iman haruslah selalu mengarah kepada Yesus yang adalah Kepala. Fokus hidup yang terus terarah kepada Yesus itu tampak sudah dilakukan oleh Paulus. Ketika ia terus mengarahkan hidupnya kepada Yesus yang telah menjumpainya, ia terus berkarya dalam semua surat dan pelayanannya. Paulus adalah teladan iman yang menunjukkan bahwa siapa pun yang mengarahkan hidupnya kepada Kristus, ia akan mengarahkan hidupnya kepada dunia. Amin.
TT
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.