Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. (Flp. 3:8)
Jika diminta memilih antara mendapatkan barang yang asli atau tiruan, kita tentu akan memilih yang asli, bukan? Bagaimanapun bagusnya, bahkan sempurnanya, sebuah barang tiruan tetaplah tidak asli. Sebisa mungkin kita akan berjuang untuk mendapatkan barang yang asli, bukan tiruan atau imitasi.
Seperti itulah perasaan Paulus, yang ia jelaskan dalam suratnya kepada jemaat Filipi. Ia mengatakan rela meninggalkan tiruan demi yang asli. Selama ini ia berpikir dengan melakukan hukum Taurat tanpa cacat ia telah melakukan yang benar. Ia bahkan berbangga hati sebagai orang Ibrani asli, sekaligus orang Farisi. Namun, perjumpaan dengan Kristus membuka matanya bahwa semua kebanggaannya itu sia-sia. Ia seperti memiliki barang tiruan yang tidak berharga sama sekali. Perjumpaan dengan Kristus bahkan membuat Paulus berani berkata, “Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Flp. 3:8b).
Apa yang hari ini kita pegang erat-erat sebagai sesuatu yang berharga? Apakah harta kekayaan, prestasi, jabatan atau popularitas? Jangan-jangan semua yang kita anggap berharga itu adalah palsu; sebuah tiruan. Namun, yang palsu itu telah begitu rupa memberi makna pada hidup kita. Saat diambil atau hilang dari kita, kita pun menjadi kehilangan diri kita. Mari menyadari bahwa hanya Kristuslah yang dapat memberikan makna pada hidup kita. [Pdt. Lindawati Mismanto]
REFLEKSI:
Mengenal Kristus adalah rahmat yang tak tertandingi karena di dalam Dialah kita menemukan makna hidup kita.
Ayat Pendukung: Mzm. 27; Kej. 13:1-7, 14-18; Flp. 3:2-12
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.