“Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! (Mzm. 141:3)
Bagaimana caranya penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, di Pasifik Selatan merobohkan pohon besar tanpa alat pemotong? Mereka meneriaki pohon itu, agar pohon itu mati. Caranya adalah beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu. Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya pada pohon itu. Mereka berteriak selama berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Ajaib. Pohon itu pun mati.
Teriakan dapat mematikan sebuah pohon besar. Perkataan juga dapat mematikan hati. Situasi kadang menuntut orang untuk merespons, baik dengan tindakan maupun perkataan. Respons terhadap situasi yang terjadi, khususnya situasi yang tidak diinginkan bisa menjadi ujian. Ujiannya terletak pada bagaimana dapat merespons dengan baik melalui perkataan yang baik dan tepat. Daud memohon Allah menolongnya menghadapi situasi ini; memohon Allah berjaga dipintu bibirnya agar perkataannya menjadi berkat, bukan kutuk. Daud menyadari, perkataan dapat membuatnya jatuh ke dalam pencobaan. Daud ingin menang atasnya. Karena itu, Daud memohon kekuatan dari Allah untuk dapat memilih kata-kata yang baik dan tepat.
Sadari bahwa perkataan kita, baik yang diucap maupun ditulis, dapat melukai hati orang lain. Karena itu, mintalah kepada Allah agar Dia menolong kita untuk memilih kata-kata baik dan membawa berkat. (Pdt. Budiman)
REFLEKSI:
Kapan Anda terakhir kali mengucapkan kata-kata yang memotivasi orang lain?
Ayat Pendukung: Mzm. 141; Yeh. 39:21—40:4; 1Kor. 10:23—11:1
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.