Pada waktu itu… demikianlah firman TUHAN, orang akan mencari kesalahan Israel tetapi tidak didapatinya… sebab aku akan mengampuni orang-orang yang Kubiarkan tetap hidup. (Yeremia 50:20)
Desmon Tutu pernah berujar, “Tidak ada masa depan tanpa pengampunan.” Sang Uskup ini berjuang bersama Nelson Mandela demi masa depan Afrika Selatan yang bebas politik diskriminasi. Untuk itu, ia mengajak semua pihak, kulit hitam dan kulit putih, saling mengampuni.
Mengampuni memang tidak mudah. Namun, manusia tidak akan pernah bisa hidup tanpa pengampunan, terutama pengampunan dari Tuhan. Itulah yang diterima oleh umat Israel. Bangsa ini tidak mempunyai masa depan jika TUHAN tidak mengampuni mereka. Oleh karena kesalahannya sendiri, mereka terbuang dan dijajah oleh bangsa-bangsa lain. Namun, Allah mengampuni mereka. Kesalahan mereka dibersihkan-Nya. Allah membangun kembali kehormatan mereka sebagai manusia dan sebuah bangsa. Mereka dibiarkan hidup. Apa yang terjadi atas umat Israel ini merupakan simbol ungkapan cinta Tuhan bagi semua umat manusia. Allah mengampuni manusia yang penuh cacat dosa dan memberikan mereka kehidupan. Bahkan, hidup yang penuh dengan kelimpahan.
Karena manusia sudah menerima pengampunan dari Tuhan maka manusia juga harus belajar untuk saling mengampuni dalam kehidupan sehari-hari. Rasa sakit karena kejahatan orang lain memang terkadang berat, tetapi membiarkannya menjangkiti seluruh kehidupan akan membuat kita binasa. Pengampunan adalah obat yang manjur untuk mengobati luka sosial, sekaligus resep yang mujarab untuk masa depan bersama yang lebih baik. [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Memori kelam penuh luka dalam berelasi dapat menimbulkan trauma, dan pengampunan adalah obat yang manjur untuk menyembuhkannya.
Ayat Pendukung: Yer. 50:17-20; Mzm. 100; Yoh. 10:31-42
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.