Maka kamu akan kembali melihat perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya. (Maleakhi 3:18)
Orang fasik adalah orang yang mengaku beragama, tetapi mereka tidak sunggguh-sungguh beriman. Itulah sebabnya mereka mengabaikan Tuhan. Secara jasmaniah, orang fasik tampak setia beribadah. Namun, secara batiniah mereka jauh dari Allah. Hidup orang fasik tidak dilandasi oleh iman, tetapi cenderung mengikuti pengertian dan keinginan dirinya.
Orang fasik sering disebut juga orang munafik. Mereka mengetahui firman Tuhan, tetapi tidak menghidupinya. Orang fasik berbuat dosa tanpa merasa bahwa mereka telah melanggar firman Tuhan. Sebaliknya, di dalam batin orang benar tidak ada kepalsuan. Mereka berintegritas dalam setiap situasi. Karena itu, orang benar senantiasa dipercaya. Jalan orang benar diberkati Allah, meskipun mereka menghadapi kondisi yang sulit dan penindasan.
Religiositas dan spiritualitas seharusnya menjadi satu kesatuan yang utuh, bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Tanpa salah satu sisinya, mata uang akan kehilangan nilainya. Fondasi religiositas dan spiritualitas adalah kasih yang berakar pada iman dan pengharapan kepada Tuhan. Dengan fondasi itu kita dapat melihat perbedaan esensial antara kehidupan orang benar dan orang fasik. Orang benar membawa pembaruan, tetapi orang fasik mendatangkan bencana dan kerusakan. Orang benar bagaikan gandum yang memberikan kehidupan. Sebaliknya, orang fasik bagaikan ilalang yang merusak daya kehidupan. [Pdt. Yohanes Bambang Mulyono]
DOA:
Murnikan hati kami agar tidak hidup seperti orang fasik. Biarlah Roh Kudus memampukan kami hidup benar dalam kasih dan kesetiaan. Amin.
Ayat Pendukung: Mal. 3:13-18; Flp. 1:18b-26; Luk. 1:68-79
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.