Perjalanan kedua murid pulang ke Emaus pada senja hari Kebangkitan, adalah perjalanan yang mencekam, di akhir dari hari yang kelam serta membingungkan. Sekelam hati mereka yang begitu penasaran atas berbagai peristiwa yang tak dapat mereka pahami. Terutama peristiwa yang menyangkut Yesus panutan mereka.
Dan pada saat itu Yesus yang bangkit menghampiri mereka dan berjalan bersama mereka, karena IA tak menghendaki anak-anak-Nya dalam keadaan bingung apalagi putus asa. Sayangnya kedua murid tidak mengenali Tuhan mereka, karena ada “sesuatu” yang menghalangi mata mereka.
Maka Yesus pun sabar mengajar mereka untuk “melihat” rentetan peristiwa di sekitar Yesus yang membingungkan mereka itu, dengan “optik” Yesus. Sudut pandang Yesus adalah “Paskah yang dicirikan oleh penderitaan, kematian dan kebangkitan Kristus, yang adalah bukti dan jaminan bahwa Tuhan mengampuni dan mengasihi anak-anak-Nya.”
Lalu ketika mereka telah tiba di persimpangan dekat desa kedua murid itu, Yesus berbuat seolah hendak meneruskan perjalanannya. Ia menunggu diundang mampir. Yesus telah “membuka pintu” maka kini kedua murid itu, bila memang mereka hendak benar-benar mengenal-Nya, mereka harus memasuki “pintu” itu dengan prakarsa sendiri. Dan kedua murid itu mengundang-Nya mampir dan makan. Maka kedua murid itu pun mengenali Yesus yang bangkit!
Dapat terjadi, kita tidak mengenali Yesus yang kerap berprakarsa menyertai kita secara langsung dalam perjalanan hidup kita. Bisa jadi karena kita disibukkan oleh optik kita sendiri tentang hidup kita, bahkan tentang peran Tuhan di dalamnya. Syukur Yesus yang bangkit juga berkenan menghampiri kita dengan berbagai cara yang bisa kita kenali, bila kita “membuka mata” terhadap-Nya. Kita, seperti kedua murid dari Emaus, juga dipanggil untuk memasuki perjalanan hidup menyongsong fajar. Fajar kebangkitan, bersama Tuhan.
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.