“Jikalau engkau ini menyediakan hatimu ….” (Ayb. 11:13)
Kita mengenal ungkapan “kepala batu,” yang berarti sikap tidak mau mengikuti nasihat orang lain. Jadi, orang yang keras kepala tetap pada pandangannya sendiri. Sebenarnya, ungkapan ini berkaitan juga dengan hati atau hasrat diri. Dengan kata lain, “kepala batu” menunjuk pada sikap mengarahkan hati atau hasrat diri melulu kepada pandangan sendiri.
Zofar menyampaikan pandangannya kepada Ayub tentang TUHAN dan diri manusia. Memang, teman Ayub ini terkesan memberi penilaian berdasarkan ajaran atau teologi secara umum, bahwa TUHAN itu tak terbatas, sedangkan manusia itu terbatas. Kata Zofar, “Dapatkah engkau memahami hakikat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? Tingginya seperti langit – apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati – apa yang dapat kau ketahui?” (ay. 7-8). Ajaran Zofar itu tidak keliru. TUHAN adalah Sang Pencipta, sementara kita manusia adalah ciptaan-Nya. Ajaran Zofar itu mengingatkan agar kita menyediakan hati bagi TUHAN. Itu berarti, bersama TUHAN, kita siap menerima segala kemungkinan di luar pikiran kita.
Kita tahu, hidup ini dipenuhi oleh kemungkinan- kemungkinan. Kalau kita menyediakan hati maka kita tidak bersikeras dengan pandangan sendiri, melainkan membuka diri terhadap pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Kita percaya, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil dapat terjadi demi kebaikan segala ciptaan yang dikasihi-Nya. [Pdt. Hendri M. Sendjaja]
DOA:
Ya Allah, kiranya Roh Kudus-Mu terus menolong aku untuk menyediakan hati bagi pekerjaan-pekerjaan-Mu. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 34:10-15; Ayb. 11:1-20; Kis. 6:8-15
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.