Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya ….
(Ibr. 2:17)
Tokoh pewayangan Bambang Sumantri lebih terkenal ketimbang adiknya, Bambang Sukrosono. Sumantri ditakdirkan sebagai seorang pemuda tampan penuh pesona, sementara sang adik punya penampilan menyeramkan. Meski berbeda fisik, kakak beradik ini semula saling menyayangi. Perlahan mereka tumbuh dan punya karakter berbeda. Sumantri adalah sosok ambisius haus jabatan, sedangkan Sukrosono figur bersahaja, tulus dan rela berkorban apa pun untuk kakaknya. Tragis, sang adik akhirnya menjadi korban karena kakaknya tidak mau dipermalukan lantaran memiliki adik buruk rupa.
Terbalik dari kisah Sumantri dan Sukrosono, Yesus justru memandang kita sebagai saudara. Benar, mungkin saja penampilan kita tidak seburuk Sukrosono. Namun, bukankah perilaku kita penuh aib? Kita menjadi “buruk rupa” karena dosa! Yesus yang tidak mengenal dosa rela disamakan dengan saudara-saudara-Nya yang berdosa agar melalui penderitaan- Nya, Ia dapat mendamaikan seluruh umat manusia dengan Allah yang Mahakudus. Dialah yang memahami dan mengerti pergumulan dosa manusia, karena Dia telah sungguh-sungguh menjadi manusia. Yesuslah yang dapat menyelamatkan karena Dia sendiri tidak berdosa!
Yesus yang begitu mulia, tidak mengenal dosa, bersedia menjadikan semua manusia sebagai saudara-Nya. Maka, seharusnya kita juga mau menjadikan semua orang sebagai saudara kita! [Pdt. Nanang]
REFLEKSI:
Bila Yesus mau menerima dan menjadikan orang berdosa sebagai saudara-Nya. Mestinya hal serupa dilakukan oleh pengikut-Nya.
Ayat Pendukung: Mzm. 32; 1Raj. 19:1-8; Ibr. 2:10-18
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.