“Hati-hatilah supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu ….” (Ul. 8:11)
Salah satu kelemahan manusia berkaitan dengan pikirannya, terutama kalau sudah lanjut usia adalah lupa. Namun, hal itu tidak terjadi pada Mbah Suparni, nenek dari Yogyakarta yang berusia 117 tahun pada 2017 lalu. Mbah Suparni masih fasih menggunakan tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Jepang, dan Belanda. Mbah Suparni bahkan mampu menyanyikan dengan lancar beberapa lagu berbahasa Jepang dan Belanda.
Lupa memang berkaitan dengan otak di kepala. Namun, ada lupa yang berkaitan dengan kerohanian atau spiritualitas kita. Itulah “lupa” bahwa ada Tuhan yang hidup di tengah-tengah kita; ada Tuhan yang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan kepada orang-orang yang mengasihi Dia. Lupa Tuhan paling sering terjadi ketika orang berada dalam kondisi senang dan jaya. Firman Tuhan melalui Musa menasihatkan agar umat tetap mengingat Tuhan dan segala kebaikan-Nya. Dengan mengingat Tuhan, umat hidup setia dan taat kepada firman Allah. Mereka juga menjadi pribadi- pribadi yang mawas diri, rendah hati, dan mengabdi kepada Tuhan; jauh dari sikap lupa diri.
Orang Kristen dapat menjadi pribadi yang “lupa diri” karena ia lupa Tuhan. Oleh karena itu, agar tetap menjadi pribadi yang sadar diri, kita mesti mengingat Tuhan dan semua kebaikan- Nya. Untuk itu, baiklah kita menengok perjalanan hidup kita di masa lalu, saat Tuhan hadir menyatakan pertolongan. Kita tahu, Tuhan selalu beserta kita. [Pdt. Hendri M. Sendjaja]
DOA:
Ya Allah, kami ingin terus mengingat kebaikan-Mu dalam hidup kami supaya kami hidup tidak lupa diri. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 107:1-3, 33-43; Ul. 8:1-20; 1Kor. 12:27-31
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.