Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu istrinya. Lalu mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup. (Kejadian 12:12)
Guntur yang menggelegar membuat Anto dan kakaknya, Susi, ketakutan. Tubuh mereka bergetar hebat. Dalam situasi itu, Marta, ibu mereka, memeluk keduanya seraya berkata, “Jangan takut, Nak. Ada Ibu di sini.” Marta adalah seorang janda. Suaminya meninggal tahun lalu. Awalnya, Marta takut akan masa depannya tanpa suami. Namun, pengalaman memeluk anak-anaknya saat guntur menggelegar memberinya pelajaran berharga: kekuatan dan ketenangan seorang ibu mampu meredakan ketakutan anak-anaknya.
Abram gagal mengatasi rasa takutnya. Ketika bencana kelaparan melanda, ia dan keluarganya mengungsi ke Mesir sebagai pendatang. Karena Sarai, istrinya, berparas cantik, Abram takut istrinya diambil dan dirinya dibunuh. Sayang, Abram tenggelam oleh rasa takutnya. la meminta Sarai mengaku sebagai adiknya, meskipun hal itu justru berisiko besar. Namun, Allah tidak tutup mata terhadap kebohongan Abram. la bertindak untuk melepaskan Abram dan Sarai dari kesulitan di Mesir.
Dalam hidup ini, ada berbagai hal yang bisa mendatangkan rasa takut. Pengalaman gagal. Bencana alam. Peperangan. Ketidakpastian ekonomi. Rasa takut adalah hal wajar dan manusiawi, seperti perasaan lain: malu, sedih, atau marah. Namun, rasa takut yang tidak dikendalikan dapat menjerumuskan kita dalam penderitaan. Penting bagi kita untuk mengatasi rasa takut dan tetap percaya kepada Tuhan dalam segala situasi. [Pdt. Natanael Setiadi]
REFLEKSI:
Rasa takut bukanlah untuk menguasai diri kita, sebab kitalah yang perlu menguasai rasa takut.
Ayat Pendukung: Kej. 12:10-20; Mzm. 15; Ibr. 5:1-6
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.